BANTENRAYA.COM – Perkembangan sektor pariwisata saat ini, mulai mengalami pergeseran ke tipe pariwisata alternatif yang lebih memperhatikan daya tampung atau area ruangan dan ramah lingkungan, termasuk dunia kehewanan beserta lingkungan yang mendukungnya.
Animal Control Komunitas Sisik Muhammad Anka mengatakan, banyak tantangan yang dihadapi dalam pengembangan jenis pariwisata termasuk di Banten, mulai dari isu hak dan kebebasan hewan hingga konflik sosial dan degradasi lingkungan.
“Saat ini, atraksi yang mengandalkan hewan sebagai kemasan pariwisata sangat diminati. Namun, dalam penggunaan hewan sebagai dasar pariwisata kerap disalahgunakan dengan tidak mengindahkan kenyamanan dan kesejahteraan hewan, pemaksaan untuk bergerak dan berperilaku dengan sanksi fisik,” kata Anka kepada Bantenraya.com, Minggu 14 Desember 2025.
BACA JUGA: Prediksi Crystal Palace vs Manchester City, Mampukah Taktik Guardiola Meraih Kemenangan?
Ia menjelaskan animal based tourism (ABT), sebagai salah satu tipe pariwisata alternatif yang berobjek pada hewan sebagai daya tarik wisata, hewan sebagai setting dan objek untuk mendaptakan pengalaman dalam sistem kegiatan pariwisata.
Aktivitas ini meliputi tur peternakan, kebun binatang, pertunjukann gajah, lomba burung berkicau, pertunjukan sirkus, dan lainnya.
“Banyak hewan yang digunakan dalam pariwisata, adalah hewan tangkapan, dan biasanya dipertunjukkan sebagai hiburan, tenaga angkut atau pembawa barang, maupun sebagai objek untuk diburu dan ditangkap,” jelasnya.
Ada juga yang menggunakannya untuk alat kompetisi dan olahraga, dan kadang kala melibatkan atraksi yang sangat berbahaya.
“Ada sekitar 550.000 lebih hewan liar di dunia teraniaya akibat atraksi wisata yang tidak bertanggung jawab. Dan penyalahgunaan atraksi sering terjadi,” ujarnya.
Anka juga menyoroti soal kasus gigitan ular yang cukup tinggi di kawasan Wisata Baduy, menjadi sebuah hal perlu diperhatikan terutama dalam hal yang paling sederhana yakni penanganan awal.
“Berdasarkan data Dinkes ada 2.798 orang terkena gigitan ular berbisa sejak tahun 2023, hal ini tentu saja harus ditangani oleh berbagai kalangan dengan baik agar pengunjung juga merasa aman,” terang Anka.
Ia menyebutkan beberapa hal yang menjadi nilak kebebasan untuk kesejahteraan hewan di antaranya fokus pada kebebasan dari kelaparan, bebas dari ketidaknyamanan, serta bebas dari sakit atau cedera.
“Kegagalan untuk menyediakan salah satu dari kondisi ini akan membahayakan kesehatan hewan, oleh sebab itu perlu ada yang fokus terutama untuk mengatasi hal ini, keterlibatan masyarakat lokal serta ahli peternakan perlu ditingkatkan,” kata Anka.***















