BANTENRAYA.COM – Seorang lansia bernama Maman warga Kota Cilegon kini hidup dengan keterbatasan.
Lansia yang berusia sekitar 62 tahun itu tinggal di rumah berdinding glaasfiber reinforced concret atau GRC di Lingkungan Baru RT 04 RW 04, Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon.
Rumah non permanen tersebut diperkirakan luasnya hanya sekitar 1×1,5 meter.
Rumah yang sangat kecil tersebut nempel di rumah warga lainnya.
Kakek bernama Maman ini tinggal sebatang dan menderita penyakit katarak.
Baca Juga: Prioritaskan Masyarakat Lokal, Pemprov Banten Dorong Regulasi Izin Penambangan Rakyat
Maman yang asli warga Cilegon mengaku, dulu berdomisili tinggal di Kecamatan Petir, Kabupaten Serang bersama istri dan anaknya.
Setelah istrinya meninggal dunia dan anaknya telah berkeluarga dan menetap di Lampung, Maman kembali ke kampung halamannya di Pulomerak, Kota Cilegon.
“Sudah setahun lebih tinggal di sini, setelah istri meninggal dan kebetulan orang tua asli Merak sini, saya asli orang Cilegon,” katanya ditemui awak media di rumahnya.
Sekitar 20 tahun, Maman berdomisili di Kecamatan Petir, Kabupaten Serang
Maman mengaku, memiliki tiga saudara di Kota Cilegon, namun yang satu mengalami gangguan mental.
Baca Juga: Beri Bantuan Korban Banjir Rob, Budi Rustandi Janji Bangun Infrastruktur Jalan Beton di Pancer
Maman kini tidak bekerja dan hanya mengandalkan belas kasihan warga sekitar.
“Alhamdulillah untuk makan tempat tinggal disediakan sama pak RT, warga di sini dan pak RW juga,” aku Maman.
Maman mengucapkan terima kasih kepada warga setempat karena membantu kebutuhan hidupnya.
Meski tempat tinggalnya kini sangat sederhana, ia berterima kasih karena masih ada warga dan RT setempat yang menolongnya.
“Kalau kondisi begini, kalau bilang nyaman saya engga bisa bilang nyaman, tentu tidak nyaman. Tapi saya punya rasa syukur, apalagi (gubuk) di sini bukan saya yang bikin, tetap yang buat warga, jadi tetap disyukuri dan dijalani,” ucapnya.
Baca Juga: Jaga Kebersamaan, KNPI Kabupaten Serang Gelar Penguatan Kelembagaan
Di usianya yang kian senja dan menderita katarak, ia berharap adanya bantuan pemerintah untuk menyembuhkan penyakitnya.
“Saya ingin dibawa berobat ke ahli syaraf, soalnya udah dari tahun 2008, dulu saya sehat bisa kerja,” ucapnya.
Maman dulu berprofesi sebagai pengemudi bus, hingga mobil truk logistik sebelum matanya mengalami katarak.
Maman berharap bisa dimasukan sebagai keluarga penerima manfaat atau KPM dan bisa terdaftar di data terpadu kesejahteraan sosial atau DTKS.
“Saya cuma ingin kebutuhan hidup saja, biar di sini nyaman. Enggak apa-apa enggak nyaman tempatnya, yang penting kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi minimal bisa buat beli makan sehari sekali,” tutupnya.***