BANTEN RAYA.COM – Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cilegon Maman Mauludin mempresentasikan strategi inovatif dalam penanganan stunting dalam acara Indonesia-Japan Knowledge Exchange Seminar 20204 di Aula Makarti Bhakti Nagari, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI), Jakarta, Selasa (29/10).
Dalam kesempatannya Maman menyampaikan keberhasilan Kota Cilegon menurunkan stunting dengan dua metode kerja.
Diketahui, berdasarkan data hasil validasi stunting pada Februari 2022 angka stunting di Kota Cilegon masih mencapai 1.576 kasus, dengan upaya kerasakhirnya pada validasi Agustus 2022 turun menjadi 1.252 atau sebanyak 324 anak stunting mampu ditangani.
Selanjutnya, pada 2023 saat validasi stunting di Februari angkanya menjadi 1.144 kasus alias turun menjadi 108 kasus yang berhasil ditangani.Lalu dalam data validasi Agustus 2023 angkanya semakin menurun drastis menjadi hanya 944 kasus saja atau berhasil diturunkan kembali sebanyak 200 kasus di Kota Cilegon dari hampir kurang lebih 30 ribu anak dan balita.
Menurut Maman, dua strategi tersebut yakni intervensi gizi spesifik dengan fokus selama 1.000 hari pertama kehidupan melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon. Dimana, langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting dan umumnya diberikan oleh sektor kesehatan seperti asupan makanan, pencegahan infeksi, status gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan lingkungan.
Baca Juga: Bawaslu Ajak Wartawan Lakukan Pengawasan Pilkada di Cilegon
“Misalnya memberikan asupan makanan bergizi kepada anak kurus, ibu hamil dan menyusui, cek pertumbuhan, imunisasi dan beberapa lainnya,” katanya.
 
Cara selanjutnya, ujar Maman,  yakni intervensi gizi sensitif yang dilakukan dengan kegiatan pembangunan luar sektor Kesehatan dengan sasaran masyarakat umum.
“Misalnya penyediaan sarana air bersih dan sanitasi, akses pangan bergizi dan pelayanan gizi dan Kesehatan,” imbuhnya.
Disisi lain, papar Maman, dalam merealisasikan metode tersebut, dilakukan kolaborasi antar instansi merupakan langkah yang sangat penting dalam mengatasi stunting.
“Kami melibatkan berbagai OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di Kota Cilegon, termasuk DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana), Dinas PUTR (Pekerjaan Umum dan Tata Ruang), Dindikbud (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan), Dinsos (Dinas Sosial), Kemenag (Kementerian Agama) dan Diskominfo (Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik). Setiap instansi memiliki peran vital dalam upaya penanganan stunting,” tuturnya.
Sementara itu, Plt Kepala LAN RI Muhammad Taufik menjelaskan, dalam seminar tersebut ada perwakilan dari Pemerintah Jepang sebagai peserta. Dimana, tentu bisa saling bertukar informasi soal penanganan.
Baca Juga: Netralitas ASN Paling Banyak Diadukan, Bawaslu Banten Terima 19 Laporan Pelanggaran Pilkada Banten
“Selain Sekda Cilegon dan Sekda Surabaya, kami akan mendengar pengalaman dari pemerintah Jepang, khususnya Kota Kochi dan Kota Kitakyushu. Kami berharap acara ini dapat menjadi wadah pertukaran pengalaman dan mendorong kerjasama antara Indonesia dan Jepang di bidang penanganan stunting dan atau lainnya,” pungkasnya. (***)
 
			














