BANTENRAYA.COM – Keterbatasan tak mampu membendung semangat hidup Syarif untuk tetap konsisten menebar kebaikan.
Dengan segala keterbatasan, dengan sabar Syarif tak bosan berbagi ilmu agama kepada anak-anak meski kakinya mengalami kelumpuhan.
Diketahui kaki Syarif mengalami kelumpuhan sejak usianya masih enak tahun.
Baca Juga: PAD Perikanan Tangkap di Pandeglang Capai Rp 700 Juta
Kondisi kakinya lemas dan tidak bisa digerakkan.
Untuk bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, ia terpaksa menggunakan kedua tangan untuk menopang dan menyeret tubuhnya.
Keseharian Sarif sebagai guru ngaji anak-anak dihabiskannya di Kampung Sari Mulya, Desa Jayasari, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak.
Baca Juga: Mengenal Dokter Detektif yang Viral Usai Bongkar Uji Lab Produk Skincare, Ternyata Begini Sosoknya
Meski dengan segala keterbatasannya, Syarif selalu berusaha agar bisa bermanfaat bagi orang lain
Saat mengajar tersebut juga, Syarif terlihat sabar dan perlahan memandu satu persatu demi memastikan anak-anak didiknya fasih ketika membaca Alquran.
“Sehari-harinya saya hanya ngajar ngaji anak-anak saja, yang ingin mengaji. Mereka datang ke rumah. Mungkin sudah nasib kali ya dari Allah SWT,” kata Syarif saat berbincang dengan Bantenraya.com, Selasa, 17 September 2024.
Baca Juga: Penjual Obat Khusus Kaum Gay Dituntut 2,5 Tahun Penjara
Syarif sendiri mengaku kondisinya itu berawal ketika ia berusia enam tahun.
Saat itu, suatu hari Syarif mengalami sakit panas hingga akhirnya kakinya tidak berkembang seperti pada kaki orang-orang normal.
“Kondisi seperti ini dari kecil, sejak usia 6 tahun. Awalnya dulu ini karena sakit panas. Tapi tiba-tiba kaki saya lemas dan tidak bisa digerakkan sampai sekarang,” paparnya.
Baca Juga: Airin Diserang di Tiktok, Netizen Membela
Meski begitu, beruntung Syarif memiliki istri yang setia menemaninya, Keni.
Bahkan, kesetiaannya tersebut terlihat dari keseharian Keni yang tak mengenal lelah mencari nafkah.
Keni menyibukkan diri sebagai buruh serabutan di kampungnya.
Baca Juga: Polda Banten Ungkap Kasus Penggelapan Dana Jas Almamater Fiktif, Kerugian Capai Rp45 Miliar
Ia bekerja dengan menggarap lahan milik tetangganya.
Bahkan demi dapurnya tetap berasap, Keni tak segan memanjat pohon kelapa untuk mengambil buahnya.
Pagi sekali dirinya bergegas ke tempat-tempat yang bisa menghasilkan pundi-pundi uang. Uang tersebut kemudian ia gunakan untuk memenuhi ekonomi keluarga.
Baca Juga: TAMAT! Good Partner Episode 16 Sub Indo Bukan Bilibili: Persaingan Eun Kyung dan Yu Ri? Nita Sofiah
“Kadang sayaanjat pohon kelapa buat ngambil buahnya. Ya pohonnya pohon punya orang,” ujarnya.
Hasil memanjat pohon kelapa tersebut, Keni mengaku mendapatkan upah Rp 30 ribu dalam sehari.
Meski berbahaya dan upahnya relatif kecil, Keni mengaku bersyukur dengan apa yang ia dapatkan.
Baca Juga: Berkah Kebijakan Opsen Pajak, Pemkot Serang Ketiban Untung Sampai Seratusan Miliar
Dirinya berharap bisa terus dimudahkan untuk mencari rezeki dan bisa mendapat bantuan dari pihak yang peduli.
“Sehari biasanya dapat Rp 30 ribu dikasih orang. Saya juga pasti harus siap fisik, apalagi pohon kelapa tinggi, biasa puluhan meter,” tandasnya.***