BANTENRAYA.COM – Penderita diabetes melitus (DM) atau sakit gula di Kota Serang berpotensi melonjak tahun 2024 ini.
Dinas Kesehatan atau Dinkes Kota Serang mencatat, penderita DM tahun 2023, dari 9.206 orang pasien yang diperiksa atau diskrining, sebanyak 764 orang menderita DM, dan 1.132 orang menderita pre DM atau kondisi gula darahnya tinggi, tapi belum masuk ke diagnosa diabetes.
Sedangkan angka penderita DM dan pre DM dari Januari hingga 22 Mei 2024, dari 4.320 orang pasien yang diperiksa, 262 menderita DM, dan 1.251 menderita pre DM.
Potensi meningkatnya penderita DM salah satu faktornya adalah pola hidup orang yang berimbas terhadap obesitas.
Kepala Dinkes Kota Serang Ahmad Hasanuddin mengatakan, penderita DM orang dewasa atau tipe 2 biasanya ditandai dengan pola hidup orang tersebut. Salah satunya orang dengan obesitas di usia muda cenderung lebih cepat untuk menderita DM tipe dua.
“Kebanyakan diabetes tipe dua yang terjadi pada orang dewasa disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat, seperti konsumsi garam, lemak, dan gula berlebih setiap hari dalam jangka waktu yang panjang. Ditandai dengan obesitas sentral (lingkar perut lebih dari 90 cm pada laki-laki, dan lebih dari 80 cm pada perempuan),” ujar Hasanuddin, kepada Bantenraya.com, Minggu 26 Mei 2024.
Baca Juga: Sampai Maret 2024 Sebanyak 594 Warga Cilegon Idap Diabetes Mellitus, Perempuan Paling Mendominasi
Hasanuddin menuturkan, orang usia lebih dari 40 tahun ke atas merupakan target utama skrining DM, agar dapat dikendalikan lebih dini, dan mencegah komplikasi. Pada kelompok usia produktif (15-59) tahun, banyak masyarakat yang tidak mengetahui sedang menderita diabetes, sehingga pengobatan pada kelompok usia ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan penderita yang sudah lanjut 60 tahun.
“Kedua rendahnya aktivitas fisik atau gaya hidup yang kurang aktif juga lebih cepat menyebabkan seseorang mengalami diabetes tipe 2, sehingga berolahraga secara rutin dapat mencegah DM tipe 2,” tutur dia.
Hasanuddin menjelaskan, selama tahun 2023, tercatat ada 11 pasien yang meninggal karena DM. Pada Januari hingga 22 Mei 2024, kematian akibat DM yang terlaporkan sebanyak 7 pasien.
“Jadi hampir lima bulan ini penderita DM yang meninggal dunia sudah tujuh orang. Bisa kemungkinan bertambah kasusnya, tapi mudah-mudahan stag di sini,” harapnya.
Data penderita DM yang meninggal dunia berasal dari fasyankes (puskesmas, rumah sakit dan klinik di wilayah Kota Serang).
“Namun kami hanya punya akses sampai pada jumlah saja. Sedangkan identitas pasien dirahasiakan untuk menjaga privasi pasien dan hanya faskes terkait yang tahu,” jelas dia.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Cabang Serang Akhirnya Minta Maaf Ke Warga Terkait Pelayanan
Hasanuddin juga mengungkapkan, penderita DM juga menyerang usia anak-anak.
“Di Kota Serang hanya ada satu pasien DM anak, yang berdomisili di wilayah Puskesmas Kalodran,” ungkap Hasanuddin.
Hasanuddin menerangkan, biasanya diabetes pada anak anak adalah DM tipe 1 yang gangguann umumnya disebabkan oleh kurangnya produksi insulin. Seringkali DM tipe 1 tidak dapat dicegah, atau merupakan kelainan bawaan, dan kasusnya relatif sedikit. Sedangkan, Pada orang dewasa yang paling umum adalah DM tipe 2 yang disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik, sehingga insulin dalam tubuh tidak dapat dioptimalkan dalam metabolisme glukosa. DM tipe dua dapat dicegah dengan menjalani pola hidup yang sehat.
“Umumnya bawaan yaitu kurangnya produksi Insulin dari pankreas, sehingga kasusnya tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan dengan terapi insulin, sehingga anak bisa hidup lebih panjang,” terang dia.
Hasanuddin menjelaskan, diabetes melitus bukan penyakit menular.
“Tidak menular, namun, jika keluarga seperti ibu dan ayah menderita diabetes, maka anak punya risiko lebih tinggi untuk DM dibandingkan dengan orang yang orangtuanya tidak punya penyakit DM. Sehingga penting untuk menjaga pola hidup yang sehat,” jelas Hasanuddin.
Hasanuddin menyebutkan, ciri-ciri gejala diabetes melitus diantaranya obesitas, merokok dan kurang aktivitas fisik.
“Orang tersebut harus sering cek gula darah untuk melihat kemungkinan DM atau tidak. Sedangkan orang yang sakit DM tipe 2 seringkali mengalami penurunan berat badan signifikan dalam waktu yang relatif singkat tanpa ada niat untuk diet, mudah lelah, mudah lapar, dan sering urinasi terutama di malam hari,” beber dia.
Baca Juga: Pelaku Produsen Oli Palsu Akan Dijerat Pasal Berlapis Karena Rugikan Konsumen
Hasanuddin mengimbau kepada masyarakat, khususnya pada kasus anak yang kena diabetes melitus agar tidak perlu khawatir dan jangan pernah putus asa, karena DM tipe 1 masih dapat dikendalikan dengan terapi insulin yang tepat dalam pengawasan dokter.
“Sebaiknya orang tua tetap optimis dan mendampingi anak dalam terapi insulin, sehingga anak tidak mengalami komplikasi dan DM dapat dikendalikan. Apabila keluarga disiplin dan sabar dengan terapi yang harus dijalani dengan anak, akan dapat memperpanjang usia anak untuk bertumbuh dan berkembang sebagaimana individu yang lain,” tandasnya. (***)
 
			














