BANTENRAYA.COM – Direktur Saung Magot Pade, Agus Koswara dan Ketua Paguyuban Pemuda Literasi Global atau PPLG Masrul Alawi dari Kota Serang, terbilang sukses meraup cuan dari belatung sampah atau sering dikenal dengan istilah maggot atau maggots dalam bahasa Inggris.
Agus mengatakan, larva yang ia kembangkan ialah hasil telur dari lalat BSF, yang mampu mengurai sampah organik menjadi pupuk maupun pakan ternak.
“Jadi ini berbeda dengan larva lalat biasanya, maggot ini banyak memberi manfaat terutama untuk membantu mengurai sampah rumah tangga,” kata Agus kepada Bantenraya.com di Lopang Gede, RW 1, Kota Serang, Rabu 1 Januari 2024.
Awal mula ia menggas ide tersebut ialah ketika fokus terhadap lingkungan sejak tahun 2016, keresahannya muncul sebab semakin banyak sampah yang menumpuk di Kota Serang.
Baca Juga: Naik 56 Persen, BRIS Tutup Tahun 2024 dengan Kinerja Saham Gemilang
Bahkan jika dibiarkan tempat sampah pada tahun 2027 akan penuh.
“Jadi kalau sekarang kan produksi sampah bisa sampai 800 ton per bulan, dan maggot ini bisa mengurai 50 persen sampah tersebut, dengan catatan itu adalah sampah organik, dengan asumsi 1 kilogram maggot bisa mengurai 10 kilogram sampah dalam sehari” jelas Agus.
Selain bisa mengurai sampah, Agus juga mengolah maggot menjadi pakan untuk unggas seperti ayam atau burung, bisa dijadikan pupuk kompos dan pupuk cair, hingga menjadi pelet untuk pakan ikan.
“Tentu saja untuk harga jauh lebih terjangkau, misalnya kita sudah ada konsumen yang berlangganan untuk pakan burung, harga 1 kilogram magot premium itu Rp25 ribu, jauh lebih murah dibanding kroto Rp250 ribu per kilogram,” tuturnya.
Baca Juga: Okupansi Diatas 90 Persen, Horison Ultima Ratu Serang Tebar Promo Pada Januari 2025
Selain maggot hidup, harga pupuk maggot yang Agus produksi dibandrol Rp10 ribu per kilogram, maggot kering Rp70 ribu per kilogram, pelet maggot Rp9 ribu dan pupuk basah maggot mulai dari Rp10 ribu per kilogram.
“Kedua pupuk ini sudah diteliti oleh laboratorium Untirta dan Unpam dan hasilnya sangat bangus, termasuk kandungan untuk pakan unggas 45 persen memiliki nutrisi yang baik,” jelasnya.
Sementara itu, Masrul atau Acun sapaan akrabnya menjelaskan, dalam satu bulan omzet penjualan dari berbagai aktivitas maggot yang berhasil diraup mencapai Rp15 juta per bulan.
“Dari kepedulian terhadap lingkungan itu berubah orientasinya kepada bisnis, misalnya untuk penjualan maggot, layanan membersihkan sampah rumah tangga, bahkan kita juga bisa memproduksi ayam dan telur untuk kembali dijual, yang awalnya ratusan ribu sekarang bisa sampai Rp15 jutaan,” ujar Acun.
Baca Juga: Jadwal Timnas Indonesia di Tahun 2025, Ada Partai Hidup Mati Menuju Piala Dunia 2026
Pihaknya juga menjadi acuan bagi berbagai pihak untuk belajar mengenal dan mengembangkan usaha maggot termasuk sering menjadi narasumber dalam agenda pemerintah.
“Kami juga mengajak pemerintah untuk turut serta mengurangi sampah organik dengan maggot, saat ini kita bisa mengurai sampah hingga 100 kilogram, dan kalau ada permintaan 10 ton sampah juga kami siap, asalkan dengan dukungan berbagai pihak,” capaknya.
Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan membuka perusahaan tersebut agar bisa diakses oleh masyarakat secara lebih luas lagi.
“Kami bisa saja memberikan layanan gratis sampah kepada masyarakat, namun dengan catatan harus dipisahkan antara organik, residu dan sampah non organik. Kami juga menampung semua sampah tersebut dengan catatan harus dipisah, karena itu juga merupakan potensi bisnis bagi kami untuk membantu masyarakat ynag membutuhkan seperti pendidikan maupun lapangan pekerjaan,” kata Acun.***