BANTENRAYA.COM – Dunia otomotif di Indonesia, termasuk Banten, saat ini sedang dalam kondisi lesu.
Kondisi ini akan mengancam target pendapatan yang sudah ditetapkan Badan Pendapatan Daerah atau Bapenda Provinsi Banten.
Ketua Asosiasi Otomotif Provinsi Banten Iip Ma’rif mengatakan, pada semester pertama tahun 2024 kondisi penjualan otomotif di Banten mengalami penurunan sebesar 15-20 persen.
Hal ini disebabkan sejumlah hal, salah satunya kondisi ekonomi masyarakat yang lesu.
“Banyak hal yang menjadi penyebab, salah satunya kondisi ekonomi,” ujarnya.
Lesunya ekonomi itu, menyebabkan penjualan kendaraan bermotor juga menjadi lesu juga.
Apalagi, pembelian kendaraan merupakan hal yang sekunder atau bukan kebutuhan pokok.
Sehingga, masyarakat lebih banyak mengalokasi uang pada hal-hal yang lebih pokok.
Baca Juga: 437 Kasus Perceraian di Terjadi di Kota Cilegon Selama 2024, Judol Jadi Penyebab Utama
“Tapi ini tantangan kita ke depan,” katanya.
Dia pun mengapresiasi apa yang dilakukan Bapenda Banten.
Sebab dengan kerja sama maka diharapkan bisa mendongkrak penjualan di semester
Plt Kepala Bapenda Provinsi Banten E.A. Deni Hermawan mengatakan, berdasarkan informasi dari para pelaku usaha otomotif, baik dealer, leasing, dan lain sebagainya saat ini tren pertumbuhan kendaraan bermotor memang sedang mengalami penurunan.
Baca Juga: Polres Cilegon Amankan Dua Kurir Narkoba Jaringan Lintas Pekanbaru-Jakarta
Meski demikian, hingga saat ini capaian pendapatan yang dilakukan Bapenda Banten sudah mencapai 50,11 persen.
“Kami sudah ketemu dengan temen-temen asosiasi roda dua, delaer, trennya emang seperti itu (menurun). Tetapi pada posisi sementer pertama ini kita sudah melampauian 50 persen,” katanya.
Bahkan, bila dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya pada periode yang sama, pada saat ini mengalami kenaikan.
Karena itu, dia berharap sampai dengan akhir tahun nanti perolehan retribusi bisa mencapai target yang sudah ditetapkan.
“Mudah-mudahan dalam satu semester ke depan angkanya bisa kita upayakan,” katanya.
Deni menuturkan, sampai saat ini pihaknya masih fokus pada dua mata pajak, yaitu PKB dan BBNKB karena kedua pajak inilah yang menyumbangkan lebih banyak pendapatan.
Hingga saat ini dari pajak PKB realisasinya mencapai 50,69 persen atau sekitar Rp1,7 triliun. Sementara pada pajak BBNKB mencapai 52,91 persen atau Rp1,4 triliun.***