BANTENRAYA.COM– Ketersediaan gas elpiji di Kabupaten Lebak mengalami kelangkaan, belum diketahui apa penyebab kelangkaan gas elpiji. Akibatnya, harga gas elpiji naik Rp 28 ribu- Rp 32 ribu.
Bahkan, sejumlah warga di Desa Sukarendah, Kecamatan Warunggunung beralih menggunakan kayu bakar.
Berdasarkan pantauan, 7 warung kelontong di Kecamatan Kalanganyar tidak ada yang menyediakan gas elpiji alias kosong.
Baca Juga: Persiapan Pilkada 2024, KPU Tempa 140 Anggota PPK Lebak melalui Bimtek
Pemilik warung klontong di Desa Cikatapis, Irman mengatakan, distributor gas elpiji sudah sepekan tidak memasok gas ke warungnya.
“Udah sepekan ini, tidak ada distributor yang kesini, saya belum tau apa penyebabnya,” kata dia kepada Bantenraya.com, Kamis 13 Juni 2024.
Meskipun ada, harga gas cukup mahal yakni Rp 32 ribu, kenaikan tersebut diduga imbas dari kelangkaan gas elpiji.
Baca Juga: Lampaui Capaian Tahun 2022, Perolehan Medali Atlet Kabupaten Lebak di Popda Alami Peningkatan
“Karena langka kayanya, naik juga bukan karena saya ya. Tapi emang harga dari distributor juga naik, dengan harga awal Rp 25 ribu,” ungkap Irman.
Sementara itu, pemilik warung lainnya, Tantri membenarkan bahwa selama satu pekan, tidak ada distributor yang datang untuk memasok gas.
“Disini juga tidak ada sama, kalau harga gas disini naik Rp 28 ribu dengan harga semula Rp 24 ribu,” ujarnya.
Baca Juga: Ratusan Personel Diterjunkan, Polres Lebak Janjikan Keamanan Selama Lebaran Idul Adha
Ia mengaku, tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya kenaikan harga. Namun, ia memastikan kenaikan harga gas elpiji semenjak diberlakukannya menggunakan KTP.
“Saya berharap, kenaikan harga serta kelangkaan ini bisa segera ditanggulangi. Gas elpiji sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” ujarnya.
Terpisah, warga Kecamatan Warunggunung, Acih mengaku, tidak bisa berbuat banyak menghadapi harga gas elpiji yang tinggi. Ia akhirnya memanfaatkan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak.
Baca Juga: Masuk Daftar DPO, Dua Pelaku Pencabulan Anak di bawah Umur di Lebak Melarikan Diri
“Karena harga naik, dan gas langka, saya terpaksa menggunakan kayu sebagai bahan bakar,” terangnya.
Acih berharap pemerintah bisa segera mencari solusi dan seharusnya tidak menyulitkan masyarakat saat membeli gas elpiji menggunkan KTP.
“Infonya beli gas elpiji menggunakan KTP, intinya yang sudah terdaftar ya atau gimana saya gak tahu? Ribet menurut saya khususnya masyarakat kecil, jadi saya harap pemerintah tidak menggunakan (kebijakan) itu,” tandasnya.***