BANTENRAYA.COM – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, dr. Dini Anggraeni, punya strategi khusus untuk memberantas demam berdarah.
dr. Dini menyatakan bahwa upaya pemberantasan sarang nyamuk tetap menjadi strategi pencegahan utama dalam mengendalikan penyebaran demam berdarah.
Menurut dr. Dini, meskipun telah tersedia vaksin untuk demam berdarah yang dapat diakses oleh masyarakat, penting untuk diingat bahwa meski telah divaksinasi, masih ada risiko terkena demam berdarah.
Oleh karena itu, kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan penerapan 3M (Menguras, Menutup, Mendaur) perlu terus dilakukan.
dr. Dini juga menjelaskan bahwa 3M melibatkan tindakan seperti menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Selain itu, kerjasama dari masyarakat juga diperlukan karena tidak mungkin bagi petugas kesehatan untuk memastikan setiap rumah bebas dari sarang nyamuk.
Baca Juga: Kemendagri Minta Pindahkan RKUD, Pemkab Lebak Masih Malu-malu Kerja Sama dengan Bank Banten
Salah satu cara yang efektif adalah dengan menerapkan sistem satu rumah satu juru pemantau jentik atau jumantik.
Menurut dr. Dini, demam berdarah lebih sering terjadi pada anak-anak usia 5 hingga 14 tahun karena sistem kekebalan tubuh mereka yang masih belum sempurna.
Meskipun orang dewasa juga berisiko tertular demam berdarah, kemungkinan untuk masuk ke dalam fase preshock lebih kecil karena cairan tubuh mereka lebih banyak.
Baca Juga: Paslon Perseorangan Wajib Kumpulkan 74.710 KTP ke KPU Pandeglang, Serahkan atau Dicoret!
Jika demam tidak kunjung turun dalam waktu lebih dari tiga hari, terutama jika suhu permukaan tubuh anak terasa dingin, dr. Dini menyarankan untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat karena hal tersebut dapat menjadi tanda awal fase preshock.
Tanda-tanda seperti gusi berdarah, mimisan, atau nyeri perut juga perlu diwaspadai karena dapat menunjukkan adanya pendarahan di dalam saluran pencernaan.***