BANTENRAYA.COM – Penggunaan salah satu jenis alat kontrasepsi yaitu kondom untuk menjalankan program Keluarga Berencana atau KB di Kabupaten Pandeglang masih kurang diminati.
Hal tersebut terlihat dari indikator jumlah kondom yang didistribusikan oleh pemerintah ke masyarakat yang baru sampai pada angka 55 persen di periode November 2023.
Kepala Bidang KB pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak atau DP2KBP3A Kabupaten Pandeglang Imas R menerangkan, Kabupaten Pandeglang memiliki target dari Provinsi Banten sebanyak 3.400 kondom, akan tetapi baru tersalurkan ke masyarakat 1.900.
“Penggunaan alat kontrasepsi pada pria masih cukup rendah. Tapi biasanya program KB, para suami istri lebih memilih menggunakan pil, suntik, atau implan,” kata Imas kepada Banten Raya, Senin, 19 Februari 2024.
Baca Juga: Kejari Pandeglang Terima SPDP Kasus Pembunuhan Pemilik Toko Sembako di Mekarjaya
Kata Iman, dalam menjalankan program KB dan mengetahui jumlah alat kontrasepsi yang sudah tersalurkan ke masyarakat, pihaknya memiliki tim pendamping keluarga.
Tim pendamping tersebut yang nantinya akan menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam menyalurkan alat kontrasepsi di samping melakukan sosialisasi.
“Jadi kita punya tim di tiap-tiap desa. Melalui tim itu kita bisa tahu laporan pendistribusian alat kontrasepsi. Dan tim itu ada di tiap-tiap puskesmas di Pandeglang yang menyentuh seluruh desa di 35 kecamatan,” ujarnya.
Penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi, kata Imas, sebetulnya memiliki peluang yang besar terkait keberhasilan program KB tersebut.
Tak hanya itu, penggunaan kondom juga dinilai lebih aman secara kesehatan.
“Penggunaan kondom itu dinilai oleh para suami agak mengganggu ya. Padahal itu lebih aman. Tapi untuk program KB yang lain syukur cukup tinggi,” tuturnya.
Dikatakan Imas, salah satu faktor rendahnya penggunaan kondom di masyarakat ialah adanya stereotip yang mengatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi merupakan tanggung jawab dari pihak istri. Hal tersebut tentu tidak terlalu benar.
Menurut Imas, baik suami maupun istri sama-sama memiliki tanggung jawab yang sama.
Baca Juga: KPU Kota Cilegon Pastikan Tidak Ada PSU, Jadwal Rekapitulasi Serentak Digelar Besok
“Sebetulnya tanggung jawab bersama. Kita juga sering melakukan sosialisasi. Apalagi, KB ini kan salah satu program pencegahan kematian ibu dan anak, kemudian stunting dan lain-lain,” ucapnya.
Sementara itu, hasil wawancara Bantenraya.com kepada beberapa pasangan suami istri atau pasutri di Pandeglang, kebanyakan mereka tidak menjadikan kondom sebagai alat kontrasepsi.
Berbagai alasan dilontarkan, namun rata-rata para suami berdalih bahwa penggunaan kondom mengurangi kenikmatan saat melakukan hubungan sah suami-istri.
“Gak biasa emang pak. Dari dulu juga memang make pil paling. Jadi istri rutin minum pil,” kata pria yang tak ingin ditulis namanya.
Baca Juga: Promosi Judi Online, Selebgram asal Kabupaten Serang Dituntut 2 Tahun
Selain perasaan ketika berhubungan, menurutnya kondom juga sesuatu yang eksklusif.
Meski bukan baru, ia merasa segan untuk membelinya, khususnya yang berada di toko-toko ritel.
“Kalo sosialisasi paling istri yang sering ikut. Terus kalo beli kondom itu kayak malu aja gitu, apalagi beli di Indomaret atau Alfamart,” tandasnya.***


















