BANTENRAYA.COM – Badan Pusat Statistik atau BPS Provinsi Banten mencatat, persentase jumlah penduduk yang mengonsumsi rokok pada tahun 2023 di atas lima tahun mengalami penurunan menjadi 22,38 persen.
Sementara, pada 2022 lalu sebesar 23,69 persen.
Ketua Tim Statistik Sosial BPS Banten Anang Zakaria mengatakan, harga rokok yang semakin tinggi menjadi penyebab utama turunnya konsumsi masyarakat Banten terhadap rokok.
“Yang utama memang karena harga rokok naik, terutama karena pemerintah pusat juga menaikan tarif cukai yang tinggi, sehingga menurunkan konsumsi rokok,” kata Anang kepada Banten Raya di Kantor BPS Banten, di Jalan Syeh Nawawi Al Bantani Kavling H1-2 KP3B, Kota Serang, Selasa, 9 Januari 2024.
Lebih rinci lagi, berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Banten tahun 2023, Kabupaten Pandeglang tercacat paling banyak persentase penduduk yang mengkonsumsi rokok sebesar 29,11 persen.
Kemudian diikuti Kabupaten Lebak 27,02 persen, Kabupaten Tangerang 22,25 persen, Kabupaten Serang 26,04 persen.
Sementara, Kota Tangerang 18,22 persen, Kota Cilegon 22,69 persen, Kota Serang 24,03 persen dan Tangerang Selatan 16,37 persen.
Sedangkan, persentase jumlah penduduk di Banten diatas lima tahun pada 2023 yang tidak mengkonsumsi rokok tercacat sebesar 75,41 pesen meningkat dari tahun 2022 sebesar 72,83 persen.
“Data tersebut tidak melihat jenis kelamin antara perempuan maupun laki-laki, kami melakukan riset terhadap 7.330 sampel pada bulan Maret 2023,” lanjut Anang.
Selanjutnya, BPS Provinsi Banten juga mencatat konsumsi penduduk pada rokok elektrik dari 3,06 persen pada tahun 2022 menjadi 0,58 persen di tahun 2023.
Dalam satu minggu, sebanyak 74,60 persen penduduk di Provinsi Banten menghisap lebih dari 60 batang rokok, mengalami peningkatan pada tahun 2023 menjadi 76,28 persen.
Sebagai informasi rokok yang dikonsumsi masyarakat Banten terbagi menjadi tiga jenis yaitu rokok kretek filter, rokok kretek tanpa filter dan rokok putih.
Baca Juga: Buruan Klaim! Kode Kupon The Spike Volleyball Story untuk Tanggal 10 Januari 2024
Sementara itu Ketua Tim Distribusi BPS Banten Bambang Widjonarko bilang, sepanjang tahun 2023 dua jenis rokok menjadi penyumbang inflasi yang tinggi di Provinsi Banten, dan masuk kedalam 10 komoditas tertinggi penyumbang inflasi.
Dari tingkat inflasi di Banten pada tahun 2023 sebesar 3,06 persen, komoditas rokok menduduki peringkat ke lima untuk rokok kretek filter dengan andil 0,17 persen dan rokok putih 0,10 persen menempati urutan ke 10.
“Ada kenaikan rokok di masyarakat akan berdampak terhadap inflasi, karena kenaikan harga rokok di Banten sulit untuk di prediksi tidak ada pola yang jelas seperti komoditas lain, artinya dari 3,06 persen rokok itu menyumbang 0,27 persen terhadap infasi,” terang Bambang.
BPS Banten juga mencatat, pengeluaran konsumsi masyarakat di Banten pada tahun 2022 untuk konsumsi rokok berdasarkan penghasilan yakni sebesar 7,36 persen.
Baca Juga: 3 Fakta Ujicoba Timnas Indonesia Lawan Iran, Tak Pernah Terkalahkan Sejak November 2022
Dari rata-rata pengeluaran perkapita satu bulan sebesar Rp 830.111 konsumsi di Banten, sebesar Rp119.129 digunakan oleh masyarakat untuk membeli rokok.
Sejalan dengan menurunya tingkat konsumsi rokok di Banten, Berdasarkan data dari RTI Bussines beberapa harga saham produsen rokok di tanah air juga mengalami penurunan.
Harga saham PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) selama tiga tahun terakhir turun 39,58 persen dari level harga Rp1700 menjadi Rp960 per lembar saham. Pendapatan HMSP sejak tahun 2021 juga turun sebesar 22,14 persen.
Kemudian, harga saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) selama tiga tahun terakhir turun sebesar 50,15 persen, dari level harga Rp47.000 menjadi menjadi 21.700 per lembar saham.***