BANTENRAYA.COM – Sebanyak 2.082 warga Pandeglang mengidap kelainan mental yakni psikotik akut dan skizofrenia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Pandeglang Dian Handayani.
Menurut Dian, masyarakat Pandeglang masih banyak yang masih salah kaprah dalam memahami penyakit kelainan mental ini.
“Skizofrenia itu ada 2.001 orang, untuk psikosis 81 orang. Sekarang masyarakat banyak yang menganggap skizofrenia itu karena hal-hal ghaib ya, padahal itu gak benar,” kata Dian kepada Bantenraya.com pada Jumat, 3 November 2023.
Baca Juga: Rekor Apik Arsenal Putus, St James Park Jadi Saksi Kegagahan Newcastle United
Dian menjelaskan, dalam menangani masalah skizofrenia, sangat diperlukan pendampingan dari keluarga pasien.
Selain itu, pemahaman terhadap penyakit ini juga penting untuk diketahui.
Penyakit mental tentu berbeda dengan penyakit fisik.
Apalagi, penderitanya pasti juga mengalami perbedaan emosi, komunikasi, dan tingkah laku jika dibandingkan dengan orang normal.
Baca Juga: WWTC Garuda Juara Liga Tenis Cilegon 2023
“Keluarga harus mendampingi dan memahami. Bukan malah dipasung atau dikucilkan. Masyarakat yang disekitarnya pun sama. Masalah seperti itu pasien harus di bawa kedokter jiwa, psikolog atau psikiater,” ujarnya.
“Sekarang banyak yang nganggep skizofrenia itu diguna-guna, akhirnya dibawa ke dukun. Padahalkan bukan,” tambahnya.
Dian mengungkapkan, ada banyak faktor yang mempengaruhi orang bisa mengidap penyakit kejiwaan seperti skizofrenia dan psikosis ini.
Beberapa diantaranya karena faktor keturunan dan tekanan dari faktor luar seperti ekonomi ataupun hubungan asmara.
Baca Juga: Profil dan Biodata Nisa Kinderflix, YouTuber Edukasi yang Viral Bikin Salfok Kaum Adam
“Kelompok usia yang mengidapnya rata-rata 18-50 tahun. Pemicunya macam-macam, bisa juga dari keturunan, kemudian penyebabnya depresi hubungan cinta atau pun masalah ekonomi dan lainnya,” tegasnya.
Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup serius, di mana penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan khayalan dan realita.
Kondisi ini umumnya ditandai dengan perilaku abnormal, seperti delusi dan halusinasi.
Pengidap skizofrenia tidak sepenuhnya kehilangan akal, sehingga tidak bisa disebut ‘gila’ apalagi diguna-guna.
Baca Juga: Amankan Tiga Poin di Kandang, Persikabo 1973 Libas Rans Nusantara
“Biasanya mereka itu dikucilkan, bahkan dipasung. Sebetulnya mereka itu butuh dukungan, support, dan upayakan harus berobat ke dokter secara teratur,” terangnya.
“Kalau obat itu kan harus dikonsumsi seumur hidup. Justru orang yang sehat harus memberikan dukungan,” tutupnya.***