BANTENRAYA.COM – Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI masih menelusuri penyebab Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA).
Informasi soal GgGAPA di atas disampaikan IDAI melalui akun Twitter @idai_tweets sebagaimana dilihat bantenraya.com oada Kamis 20 Oktober 2022.
Diketahui, belakangan ini kasus gagal ginjal atau GgGAPA ditemukan pada sejumlah anak usia 1 sampai 5 tahun di Indonesia.
Mulanya kasus gagal ginjal ini merebak di Gambia Afrika dan menjadi isu internasional.
Baca Juga: Lengkap! Lirik Mars Hari Santri Nasional, Nyanyikan pada 22 Oktober 2022
Meski pihak berwenang masih menelusuri penyebab utama gagal ginjal pada anak itu, dugaan awal sudah muncul yakni disebabkan oleh obat penurun panas seperti parasetamol terkontaminasi etilon glikol atai dietilon glikol
“Berdasarkan hasil investigasi Kementerian Kesehatan RI dan juga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), IDAI mengimbau tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk meningkatkan kewaspadaan,” demikian twit @idai_tweets.
Dalam cuitannya itu, IDAI juga menyampaikan beberapa informasi yakni tenaga keehatan agar menghentikan sementara peresepan obat sirup yang diduga terkontaminasi etilon glikol atai dietilon glikol.
Bila memerlukan obat sirup khusus seperti untuk anti epilepsy atau lainnya yang tidak dapat diganti dengan sediaan lain agar dikonsultasian dengan dokter spesialias anak.
Jika diperlukan tenaga Kesehatan dapat meresepkan obat penganti yang tidak terdapat dalam dugaan obat yang terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppsitoria atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi.
Baca Juga: Gara-Gara Surat Untuk Sang Istri, Bintang Emon Tranding Twitter
Perserapan obay puyer moniterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan dosis memperhitungan berrat badan , keberbisahan pembuatan, dan tata cara pemberian. ***