BANTENRAYA.COM – Kepala TKIT Raudhatul Jannah Cilegon Dr Hj Fauziyyah merasa bersyukur dan bangga karena berhasil meraih juara 1 Kepala Sekolah Pelopor Komunitas Belajar di Provinsi Banten.
Atas prestasi tersebut, dirinya melaju ke tingkat nasional mewakili Provinsi Banten dalam ajang Apresiasi GTK 2025.
“Alhamdulillah, tentu saya merasa sangat bersyukur dan bangga. Penghargaan ini bukan hanya capaian pribadi, tetapi hasil kerja bersama seluruh guru, orang tua, dan komunitas yang terlibat dalam ekosistem belajar di sekolah kami. Saya merasa terhormat karena upaya kolaboratif yang selama ini dibangun akhirnya mendapatkan penghargaan. Sekaligus, saya memandang ini sebagai amanah dan motivasi untuk terus memperbaiki diri, berbagi praktik baik, dan memperluas dampak bagi lebih banyak sekolah dan komunitas belajar di Banten bahkan Indonesia,” paparnya.
Fauziyyah mengungkapkan, program utama yang menjadi kekuatan dan membawa dirinya menjadi juara 1 di tingkat provinsi adalah ‘Komunitas Belajar RaJa (Raudhatul Jannah)’ dengan pendekatan ekosistem pendidikan kolaboratif.
Program tersebut, menghubungkan sekolah, guru, orang tua, komunitas lokal, dan mitra eksternal untuk bergerak bersama dalam peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya di bidang pendidikan anak usia dini.
BACA JUGA: Asep Nugrahajaya, Dari Anak Guru SD Jadi Kadis Pendidikan Hingga Staf Ahli Bupati Serang
Beberapa karya yang menjadi bagian program tersebut antara lain, sistem sharing practice (berbagi praktik baik) antar guru secara rutin; program mentoring guru baru dan peer coaching; pengembangan learning hub dengan sumber digital dan offline; kolaborasi kegiatan pembelajaran berbasis project dengan orang tua dan komunitas; serta dokumentasi praktik baik yang konsisten dalam bentuk laporan, video, dan portofolio pembelajaran.
“Program ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih bermakna, tetapi juga menumbuhkan budaya belajar sepanjang hayat bagi seluruh elemen sekolah,” katanya kepada Banten Raya.
Menghadapi persaingan di tingkat nasional, lanjut Fauziyyah, dirinya telah melakukan persiapan dengan melakukan penguatan dokumentasi dan evidence; menyusun portofolio yang lebih terstruktur dan terukur berdasarkan indikator nasional; perbaikan program berbasis refleksi dari hasil penilaian provinsi; penguatan kapasitas guru, termasuk pelatihan internal, coaching clinic, dan kolaborasi lintas sekolah; pengembangan inovasi berkelanjutan, seperti penyusunan modul, platform berbagi praktik baik, dan perluasan jejaring kemitraan; serta simulasi presentasi dan wawancara agar penyampaian visi, data, dan hasil program lebih kuat, runtut, dan berdampak.
Fauziyyah mengaku, di tingkat nasional dirinya tidak hanya menargetkan juara saja tetapi bisa menghadirkan impact yang lebih luas dan berkelanjutan.
BACA JUGA: Peringati HGN Ke-80, AGIS Primary Kota Serang Tebar Penghargaan untuk Guru Berdedikasi
“Saya ingin model komunitas belajar yang kami kembangkan bisa direplikasi, diadaptasi, dan memberi manfaat bagi sekolah-sekolah lain, khususnya PAUD dan satuan pendidikan lainnya.
Saya ingin hasil tindak lanjutnya menjadi ruang untuk kontribusi yang lebih besar,” ujarnya.
Target akhirnya adalah terbentuknya budaya belajar bersama, saling menguatkan, dan menciptakan generasi pembelajar sejak dini sebagaimana prinsip ‘It takes a community to grow a child’.***



















