BANTENRAYA.COM– Pemerataan tenaga kesehatan menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten.
Gubernur Banten, Andra Soni, menegaskan bahwa persoalan utama bukanlah jumlah dokter yang kurang, melainkan distribusi yang belum merata di berbagai wilayah, terutama daerah pelosok.
Andra menyebutkan, pemerintah pusat melalui Wakil Menteri Kesehatan tengah menyiapkan usulan peningkatan pendapatan serta fasilitas bagi dokter yang ditempatkan di daerah.
Usulan itu, rencananya akan dibawa ke Presiden, dan Pemprov Banten siap mendukung langkah tersebut.
BACA JUGA: Didatangi Delegasi China, Program Ketahanan Pangan di Kabupaten Serang Jadi Percontohan
“Terkait dengan pendapatan dokter yang ditempatkan di daerah, terus terkait fasilitas bagi dokter-dokter di pelosok, itu mesti ditingkatkan. Itu yang disampaikan Pak Wamen dan kita sangat mendukung,” kata Andra, Minggu (16/11/2025).
Selain dukungan terhadap kebijakan pusat, Andra menyebut jika Banten memiliki modal penting melalui keberadaan Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).
Ia menilai, keberadaan fakultas tersebut akan membantu melahirkan lebih banyak dokter yang mampu mengabdi untuk masyarakat Banten.
“Pemerintah Provinsi Banten akan terus memberikan support agar fakultas ini bisa melahirkan dokter-dokter handal yang kemudian bisa mendarmabaktikan kemampuan mereka untuk meningkatkan derajat kesehatan warga Banten,” katanya.
Menurut Andra, salah satu bentuk dukungan konkret adalah membuka peluang bagi peserta program Satu Desa Satu Sarjana untuk menempuh pendidikan kedokteran di Untirta.
Ia berharap program itu dapat menjadi jalur regenerasi dokter dari berbagai wilayah.
“Kita berharap ini bisa juga tersalurkan di Untirta, salah satunya menjadi dokter. Jadi berkesinambungan,” ucapnya.
Mengenai insentif untuk dokter yang ditempatkan di wilayah terpencil, Andra menyatakan formulasinya sedang disusun Kementerian Kesehatan.
Ia berharap kebijakan itu berjalan seiring pembangunan infrastruktur di Banten, yang menurutnya akan mempermudah penempatan dokter di masa mendatang.
“Sebetulnya kita nggak kekurangan dokter, tapi permasalahan pada pendistribusiannya,” tandasnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Moch Fatah Sulaiman, menyampaikan bahwa Untirta kini tengah mempersiapkan pendirian rumah sakit pendidikan sebagai bagian dari penguatan Fakultas Kedokteran.
Proyek tersebut telah masuk dalam daftar program Bappenas dan dinyatakan layak memperoleh pendanaan.
“Kita sudah teregister di Bappenas, usulan kita termasuk salah satu program yang di-SK-kan layak untuk mendapatkan pendanaan. Maka kami butuh dukungan dari pemerintah daerah,” ujar Fatah.
Fatah juga menuturkan jika, rencananya rumah sakit pendidikan itu akan dibangun di Kampus Lama Pakupatan, dengan skema pembiayaan melalui Islamic Development Bank (IsDB). Saat ini, kata dia, Untirta masih melanjutkan proses lobi agar pendanaan dapat segera diputuskan.
“SK-nya sudah. Kita sedang lobby untuk eksekusi pengambil kebijakan utama untuk segera diputuskan pendanaannya oleh lender,” jelasnya.
Fatah juga mengungkapkan bahwa Untirta telah memperoleh izin untuk membuka tujuh program dokter spesialis, mulai dari bedah, orthopedi, penyakit dalam, anak, anestesi, hingga kandungan. Program ini diharapkan bisa mendukung percepatan pemenuhan tenaga medis di Banten.
“Kita akan upaya akselerasi pemenuhan kebutuhan dokter dan dokter spesialis khususnya untuk di Provinsi Banten. Program Pemerintah Pusat untuk Banten juga,” pungkasnya. ***
















