BANTEN RAYA.COM – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten, Deden Apriandhi Hartawan, meminta para tenaga kesehatan (nakes) di daerahnya meningkatkan mutu layanan dengan sikap ramah dan profesional. Menurutnya, di era digital saat ini, media sosial seringkali menjadi “bilik aduan” masyarakat ketika kecewa dengan pelayanan publik.
“Karena memang itu (medsos, -red) yang kemudian menjadi sarana peluapan kekesalan masyarakat yang menginginkan pelayanan terbaik nakes,” kata Deden saat menghadiri Forum Konsultasi Publik Review Standar Pelayanan RSUD Banten di Auditorium RSUD Banten, Jumat (12/9/2025).
Ia menegaskan, satu unggahan di media sosial dapat menyebar dengan cepat dan memengaruhi persepsi publik meski faktanya belum tentu sesuai apa yang dilakukan nakes.
“Kalau sudah begitu, sekali dia klik, itu banyak nyebar ke mana-mana. Padahal kadang kejadiannya tidak seperti yang disampaikan, tapi persepsi masyarakat mengarahnya ke situ untuk nakes,” tambahnya.
Deden mencontohkan kasus pelayanan kesehatan yang sempat viral beberapa waktu lalu. Saat itu beredar kabar sebuah rumah sakit menolak pasien balita, meski menurutnya peristiwa sebenarnya tidak seperti yang ditulis warganet terkait nakes.
“Yang mencuat di media sosial itu kan berkata lain. Jadi memang tingkat kepedulian masyarakat akhir-akhir ini menjadi luar biasa,” ujarnya.
Deden mengingatkan agar tenaga medis tidak bersikap kaku apalagi menunjukkan wajah masam saat melayani masyarakat.
“Teman-teman tenaga kesehatan harus bisa ekstra memberikan pelayanan terbaik, minimal dengan senyum dan sapa. Karena kadang, kalau kita datang sakit gigi atau sakit kepala, terus disambut dengan wajah cemberut, itu malah menambah sakit,” katanya.
Menurut Deden, aturan tentang standar pelayanan minimal (SPM) di rumah sakit seharusnya tidak berhenti sebatas dokumen atau poster di dinding. Ia menekankan bahwa, implementasi nyata jauh lebih penting agar masyarakat benar-benar merasakan pelayanan kesehatan yang ramah dan manusiawi.
Preview Manchester City vs Manchester United, Jadi Ajang Pembuktian The Citizens Usai Kalah Beruntun
“Jangan hanya berpatokan pada standar pelayanan minimal yang dipasang di tembok. Itu harus juga diaplikasikan secara nyata, agar masyarakat yang membutuhkan pertolongan bisa benar-benar merasakan pelayanan kesehatan yang manusiawi,” tegasnya.
Dalam forum yang melibatkan dinas kesehatan kabupaten/kota, direktur rumah sakit, BPJS Kesehatan, akademisi, organisasi profesi, hingga perwakilan pasien tersebut, Deden juga mengingatkan tantangan kesehatan ke depan kian kompleks. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, partisipasi publik, serta inovasi layanan untuk menciptakan pelayanan yang inklusif dan berkeadilan.
“Harapannya, peningkatan pelayanan tidak hanya terjadi di RSUD Banten, tetapi juga di seluruh fasilitas kesehatan di Provinsi Banten,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Banten, Danang Hamsah Nugroho, menambahkan pihaknya terus membuka kanal aduan dan saran masyarakat, baik secara langsung maupun melalui media sosial dan sistem pengaduan online. Ia menyebut masukan publik sebagai modal penting untuk perbaikan layanan.
“RSUD Banten menerima masukan melalui berbagai cara, baik langsung di bagian informasi, lewat kanal online, maupun whistleblower system. Semua keluhan dan saran merupakan modal berharga untuk mengetahui kebutuhan masyarakat,” jelas Danang.
Sebagai langkah konkret, RSUD Banten meluncurkan inovasi Gercep Sidumas (Gerakan Cepat Mengatasi Pengaduan Masyarakat). Program ini dirancang untuk memastikan setiap pasien mendapat sambutan ramah, penjelasan alur layanan, dan solusi cepat atas keluhan.
“Pasien yang disambut dengan baik akan merasa dihargai dan terbantu. Bahkan sambutan ramah bisa memberi rasa tenang sebelum mereka mendapatkan perawatan,” ujar Danang. (***)

















