BANTENRAYA.COM – Di tengah keriuhan suara mesin kapal dan obrolan para pemudik di salah satu feri di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Azis (bukan nama sebenarnya) terlihat merayu salah satu pemudik agar mau melemparkan uang receh ke laut.
Sebagai imbalannya, ia akan menampilkan aksi melompat ke laut dari atas kapal feri. “Ibu, Rp5 ribunya bu lempar. Nanti saya loncat ya bu,” kata Azis memohon ke ibu-ibu yang tengah berswafoto di pagar pembatas, Minggu, 30 Maret 2025.
Ibu-ibu itu kemudian mengeluarkan dua lembar uang Rp2 ribuan dan memberikannya kepada Azis. “Nanti ya bu, tunggu ramai yang lihat,” respon Azis setelah menerima uang tersebut. Azis melanjutkan dengan mengajak pemudik lainnya untuk menyaksikan atraksi menantang mautnya.
Beberapa saat sebelum kapal berangkat, Azis bersiap. Ia berdiri di atas pagar pembatas. Tak lama berselang, byurrr…Azis mencemplungkan diri dengan gaya saltonya.
Aksi Azis diikuti beberapa rekannya yang melakukan aksi serupa dan beberapa pemudik melemparkan sejumlah lembaran uang pecahan Rp2 ribu, Rp5 ribu, hingga Rp10 ribu.
Azis sendiri salah satu dari empat anak logam lainnya yang terlihat di Pelabuhan Merak saat itu. Pria berusia 28 tahun itu mengaku terpaksa menjadi anak logam karena tak ada lagi pilihan.
“Dari bocah mas, ada kali 15 tahun saya begini (menjadi anak logam). Cari kerja susah, SD saja saya tidak tamat,” kata Azis saat bertemu dengan Bantenraya.com.
Azis paham betul dengan resiko yang dihadapi. Namun apa mau dikata, kebutuhan hidup mendesaknya untuk terus melakukan aksi itu.
Bahkan, Azis juga mengungkapkan dirinya sudah beberapa kali kehilangan sahabatnya ketika ‘ngelogam’ di perairan selat Sunda.
“Dulu awalnya diajak teman. Eh keterusan. Hari ini saya dapat sekitar Rp300 ribu, lumayan banyak. Mungkin karena musim mudik,” ungkap dia.
Baca Juga: Rindu Bulan Suci, Yuk Lafalkan Doa Agar Kembali Dipertemukan Kembali dengan Ramadhan
Terseret arus hingga terbentur kapal merupakan ancaman yang paling mungkin dialami para anak logam. Kejadian itu bahkan bisa menyebabkan kematian.
“Kalau keseret arus bisa kena baling-baling kapal. Intinya kita harus paham sama arusnya dan tanda-tanda kapal berangkat,” ucap Azis menjelaskan.
Masalah lain ialah Azis dan anak logam lainnya harus bisa lolos ketika kucing-kucingan dengan petugas. Namun, Azis memiliki trik untuk menghindari kejaran petugas ialah dengan memilih dermaga yang paling jauh dari pos keamanan.
“Biasanya kalau mau ada kunjungan pejabat itu kita pasti dikejar, tapi kita sudah paham. Yang penting kita juga kalau bisa cari spot yang ketika melompat dengan daratan,” tuturnya.
Hingga saat ini, Azis mengaku belum memiliki rencananya untuk berhenti menjadi anak logam. Baginya, menjadi anak logam masih lebih baik ketimbang harus meminta-minta.
Baca Juga: Pelabuhan Ciwandan Ditutup Bagi Pemudik, Sepeda Motor dan Truk Kembali ke Pelabuhan Merak
“Sama saja kan seperti kita menampilkan pertunjukan. Apalagi kita tidak memaksa. Selagi bisa menghasilkan untuk jajan dan halal, sambil nunggu pekerjaan yang lain mungkin bakal ngelogam terus,” tandasnya. (***)

















