BANTENRAYA.COM – Sejumlah pedagang nasi di Kabupaten Pandeglang kompak mengurangi porsi makanan untuk para pelanggan akibat tingginya harga beras dan telur ayam kampung di pasar tradisional Pandeglang.
Beberapa pedagang mengaku sudah beberapa minggu melakukan hal tersebut, namun sebagian lagi ada pula yang baru dilakukan beberapa hari kebelakang.
Salah seorang pedagang nasi goreng di Kecamatan Karang Tanjung Pandeglang, Encep tak bisa memungkiri kenaikan harga bahan pokok dipasar tradisional Pandeglang ikut mengguncang bisnis yang ia jalani.
Keputusannya mengurangi porsi nasi ia lakukan setelah dirinya terus-terusan hampir merugi akibat kenaikan harga beras yang tak terkendali. “Bangkrut bisa-bisa,” kata Encep saat dijumpai Banten Raya di kios miliknya, Rabu (28/2).
Baca Juga: Harga Terus Melonjak, Beras Cadangan Pemerintah Kabupaten Serang Masih Ditahan
Sudah hampir beberapa Minggu ia membeli beras di harga Rp 14-15 ribu perkilo tergantung dari jenis berasnya. Biasanya, dia mengaku cukup dengan uang Rp 12-13 ribu susah bisa mendapatkan satu kilogram beras.
Tak cukup beras, belakang harga telur juga melambung. Encep sebagai pedagang nasi goreng tentu menjadi salah satu pihak diberatkan.
“Telur kemarin Rp 30 ribu lebih kan a. Biasanya paling Rp 26-27 ribu. Tau sendiri kalo dagang nasgor pasti harus ada telur. Tapi ya gila juga saya kalo terus-terusan,” ucap dia mengeluh.
Kendati ongkos produksi naik gila-gilaan, Encep mengaku tak berani menaikan harga perporsi dagangannya. Untuk mengakalinya, ia mengurangi sedikit nasi untuk satu porsi makanannya. Encep khawatir dikomplain dan kehilangan pelanggan setianya.
Baca Juga: Menpora Dito Ariotedjo: Media DNN Punya Peran Vital dalam Pengembangan Kepemudaan dan Olahraga
“Takut pada kabur kalo mahalin a. Kurangin dikit aja sih nasinya. Biar ya minimal balik modal dulu,” ujarnya Encep.
Terpisah, keluhan sama juga turut dilontarkan seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai pedagang nasi uduk, Iroh. Ibu dua anak ini mengaku sudah lebih dari lima tahun berdagang uduk di Kampung Pasir Batung, Kelurahan Pagadungan, Pandeglang.
Namun, selama lima tahun ia berdagang, ia tak pernah melewati siklus kenaikan harga bahan pokok separah yang terjadi saat ini.
“Gak berani naikin harga si a. Paling nasinya agak dikurangin, terus cabe buat sambelnya juga dikurangi. Malah udah tiga hari saya gak ada lauk telur, biasanya kan ada,” terang Iroh.
Iroh khawatir jika laju kenaikan beras dan bahan pokok lainnya tak juga bisa ditekan, kemungkinan usaha miliknya harus gulung tikar.
Baca Juga: Bunuh Rekannya, 3 Sekawan di Kabupaten Serang Divonis 10 Tahun Penjara
“Dari pas pencoblosan itu naiknya. Ya emang tiap tahun juga selalu naik. Tapi ini mah a naiknya kabina-bina (keterlaluan -red),” tandasnya. (***)

















