JAKARTA – Menjelang hari Lebaran 2021 lalu harga daging sapi dan kerbau naik tajam bahkan hingga mencapai Rp 150 ribu per kilogram. Padahal Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, hingga saat ini stok daging sapi dan kerbau cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan hari raya.
“Ada mafia yang main dengan daging,” ujarnya saat rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Selasa (18/5).
Buwas menyebut, penyebab kenaikan harga daging menjadi sangat mahal lantaran ulah mafia daging. Sebab, pihaknya mencatat, hingga 17 Mei 2021 stok daging kerbau di Bulog masih ada 1.030 ton dan daging sapi 25 ton.
Selain itu, lanjutnya, dalam pemenuhan daging hari raya pihaknya juga sudah melakukan operasi pasar menjelang Lebaran. Total sebanyak 13.000 ton daging sapi-kerbau beku disiapkan dalam operasi pasar tersebut dijual dengan harga Rp 80 ribu per kg untuk daging kerbau impor dan Rp 90 ribu per kg untuk daging sapi beku impor.
Sehingga, kata dia dengan stok yang cukup dan langkah operasi pasar yang dilakukan, harga seharusnya tidak akan naik setinggi itu. Buwas juga memastikan tidak ada praktik monopoli terkait harga daging ini. Sebab, pohaknya telah berkomitmen dengan mitra dagang.
“Justru kami ini mewanti-wanti supaya harganya itu tidak naik harganya harus jatuh ke tangan konsumen murah dengan kualitas tetap baik. Itu ada jaminannya mereka menandatangani pernyataan,” ungkapnya.
Buwas mengungkapkan, pihak-pihak nakal selalu mencari celah untuk mendapatkan keuntungan dari situasi. Padahal, pihaknya telah melalukan antisipasi adanya kecurangan pihak yang tidak bertanggung jawab yang merugikan masyarakat.
Salah satu cara yang sudah dilakukan Perum Bulog adalah menyediakan layanan pesan antar secara online. Masyarakat bisa memesan daging murah dan dapat diantar di hari yang sama tanpa ongkos kirim.
“Pengalaman-pengalaman ini yang kami terus belajar kami antisipasi dengan kami melakukan operasi pasar daging kerbau door to door artinya juga melalui online,” pungkasnya. (jpg)