SERANG, BANTEN RAYA – Sultan Maulana Hasanuddin Banten selama ini lebih banyak dikenal sebagai orang yang kental dengan agama, spiritual, keramat. Padahal, Hasanuddin juga ahli ekonomi dan ahli strategi dan sisi ini belum banyak digali oleh para peneliti.
Tokoh lain yang juga kurang mendapatkan pehatian dari para peneliti adalah Sunan Gunung Djati yang tak lain adalah ayah dari Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
“Hasanuddin dan Gunung Djati yang selama ini lebih banyak di-framming sebagai orang yang urusannya melulu agama, spiritual, dan keramat,” kata Mufti Ali, akademisi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang banyak meneliti soal sejarah Banten saat menjadi pembicara Webinar Budaya Banten yang digelar STIE Banten, Sabtu (10/7/2021).
Mufti menjelaskan, untuk membangun sebuah peradaban dan kesultanan dibutuhkan kemampuan penguasaan dari sisi perdagangan, militer, termasuk bagaimana proses islamisasi di daerah barat Jawa. Hal inilah yang tidak terdokumentasi dengan baik.
BACA JUGA: WH Ingin Bangkitkan Kembali Budaya dan Peradaban Kesultanan Banten
Dikatakannya, alam penelitian yang dia lakukan ditemukan fakta bahwa Hasanuddin dan Gunung Djati memiliki kemampuan dan kehebatan dalam kebijakan ekonomi strategis serta mengambil keputusan strategis dengan mengambil momentum.
“Kapan bisa bermusuhan dan kapan bisa bermitra dengan para pedagang di lingkup internasional hingga bisa membangun kejayaan di masanya,“ jelasnya
Mufti menuturkan, masih banyak sisi sejarah yang perlu diangkat dan diteliti lebih lanjut, agar informasi yang didapatkan agar lebih detail. Ia berharap penelitian semacam ini bisa dilakukan oleh mahasiswa atau dosen di STIE Banten.
“Saya cukup bangga dengan STIE Banten selalu menggelar stadium general dengan membahas tentang sejarah dan budaya banten,“ katanya.
Guru Besar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Sholeh Hidayat yang menjadi pembicara kunci mengatakan, kebijakan ekonomi di masa Maulana Hasanuddin ada tiga, yaitu kebijakan pembangunan pertanian, kebijakan moneter, dan kebijakan fiskal.
Sementara itu, Ketua STIE Banten Anis Fuad Salam berharap, dengan adanya seminar daring ini muncul ‘sultan-sultan‘ baru di Banten dari kalangan akademisi yang mampu menguasai perekonomian. Sehingga dapat mengembalikan kejayaan Banten masa silam di masa yang akan datang.
Saksikan Podcast Meja Redaksi di Banten Raya Channel
“Kami berharap seminar budaya dan peradaban Islam ini bisa menjadi budaya baru di STIE Banten dalam mempelajari masa lalu dan menjadi bahan pemikiran hingga nantinya dari STIE Banten sehingga akan lahir para ‘sultan’, pemikir, dan pejuang yang mampu mengembalikan kejayaan Banten di masa depan,“ katanya berharap.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia Seminar Peradaban Dwi Fitrianingsih menjelaskan, Seminar Budaya Banten telah menjadi program rutin dan dilaksanakan setiap tahun. Tahun ini ada 200 peserta yang mengikuti seminar daring ini. (tohir)