BANTENRAYA.COM – Kampung Ciusul, Desa Citorek Kidul, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi kuramas masyarakat bersama kesepuhan Citorek.
Tradisi kuramas bersama masyarakat merupakan adat istiadat yang diturunkan secara turun-temurun serta penyelengaraan adat tersebut diklaim tidak keluar dari koridor agama Islam.
Tokoh masyarakat Desa Citorek Kidul, Narta mengatakan, prosesi adat tradisi kuramas bersama tersebut hanya diikuti oleh kaum ibu-ibu yang sudah menikah.
Menurutnya, tradisi mandi kuramas bareng dihulu sungai desa sekitar tidak melanggar aturan agama Islam karena proses kuramas tidak dipertontonkan untuk masyarakat umum.
“Tradisi mandi kuramas bareng itu dilakukan 2 kali dalam satu tahun,” katanya kepada Bantenraya.com.
“Antara lain sebelum acara Seren Tahun setelah panen raya, dan sebelum bulan Ramadhan berlangsung atau sekitar tanggal 15 Syaban 1444 Hijriah,” ujarnya.
Baca Juga: Gaaasss, Rehan-Lisa Jadi Wakil Indonesia Pertama yang Lolos ke Semifinal All England 2023
Ia mengungkapkan, sebelum prosesi adat dilangsungkan seluruh masyarakat yang tergolong sebagai ibu-ibu akan dikumpulkan di rumah alim ulama untuk didoakan terlebih dahulu.
“Kalau ada yang bilang adat kami keluar dari koridor agama itu sangat keliru karena sebelum prosesi berlangsung. Kami selalu menerapkan ajaran Islam dalam prosesi adat itu,” ungkapnya.
Narta mengungkapkan, tujuan diadakannya tradisi untuk mensucikan diri sebelum bulan Ramadhan berlangsung.
“Jadi nanti setiap ibu-ibu membawa alat masak, beras serta dirinya untuk dicuci berbarengan dengan kuramas ibu-ibu,” tuturnya.
“Karena dalam proses pembuatan makanan syukuran harus suci baik para ibu-ibu maupun alat masak yang akan digunakan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, beredarnya video terkait prosesi tradisi kuramas bersama membuat masyarakat kecewa karena adat kasepuhan dipertontonkan.
“Padahal vidio yang beredar itu proses adatnya pada tahun 2020. Tapi malah dipublikasikan, tradisi kasepuhan merupakan hal yang sangat sakral menjadi privasi bersama,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu warga kasepuhan Desa Citorek Kidul, Selviana Dewi Putri menjelaskan, Kuramas bukanlah tradisi mandi yang asal-asalan.
Sebab, banyak hal yang harus diikuti antara lain tatacara, alat yang digunakan, dan lain sebagainya sudah ditentukan oleh tokoh kasepuhan desa Citorek Kidul.
Baca Juga: Anies Baswedan akan Kembali Datang ke Banten, 10.000 Kader PKS Banten Siap Menyambut
“Jadi mandi seperti itu bukan asal-asalan mandi doang biasanya juga pake shampo dari serabut kelapa atau bekas kepala pocongan padi terus bawa beberapa pelaralatan rumah tangga untuk ikut dibersihkan,” jelasnya.
Ia menuturkan, tradisi tersebut memang dilakukan di 4 Desa Kasepuhan Citorek. Namun lambat laun tradisi mandi tersebut mulai terkikis.
“Kalau yang ketiga desa paling mewakili saja untuk melakukan tradisi mandi bareng yang masih progresif serta kompak adalah Kasepuhan Desa Citorek Kidul,” tuturnya.
Baca Juga: 5 Destinasi Wisata Murah di Banten yang Cocok untuk Kegiatan Munggahan Menyambut Ramadhan 2023
Dikatakan Selviana, tradisi ini tidak bersifat memaksa agar semua ibu rumah tangga harus ikut mandi bersama.
“Lebih ke siapa yang mau ikut mandi kemudian tradisi itu hanya diperuntukkan untuk perempuan yang sudah menikah,” tandasnya. ***