BANTENRAYA.COM – Artikel akan membahas mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental ibu hamil.
Terkadang pada kehamilan yang diutamakan adalah kesehatan sang jabang bayi, semantara kesehatan mental ibu hamil dikesampingkan.
Padahal, kesehatan mental ibu hamil juga sama pentingnya dengan menjaga kesehatan sang calon bua hati.
Indonesia adalah salah satu Negara kepulauan yang memiliki ragam macam adat dan kebiasaan.
Salah satu kebisaan adat yang dibeberapa tempat ada adalah ritual budaya selama kehamilan.
Artikel ini bertujuan untuk menyampaikan dampak dari tradisi budaya selama kehamilan yang ada suatu daerah.
Salah satunya yaitu di Banten terhadap kesehatan mental ibu hamil
Baca Juga: Komedian Narji Cagur dan Rapper Ebith Beat A Meriahkan Konser Akbar Kemnas V Sako Pramuka SIT 2023
Ibu hamil merupakan seseorang yang rentan terkena masalah kesehatan mental karena perubahan yang dialami pada berbagai tahapan yang mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Dalam artikel ini akan dijelaskan terkait kesehatan mental pada ibu hamil serrta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pada periode kehamilan wanita biasanya akan cenderung mengalami peningkatan kecemasan, dimana hal tersebut dapat mengakibatkan pada gangguan psikologis.
Gangguan kesehatan psikologis selama kehamilan meningkatkan risiko pada janin berupa perkembangan janin yang buruk.
Faktor yang mendasarinya yaitu akses pelayanan kesehatan terbatas, kurangnya dukungan sosial dan tekanan dari berbagai pihak, dan kekhawatiran akan kesehatan dirinya dan janin apabila tertular penyakit.
Dikutip Bantenraya.com dari salah satu kisah seorang Bidan yang berasal dari Kabupaten Lebak, Banten.
Konon katanya daerah tersebut masih kental dengan budaya dan tradisi kehamilan dan berikut ulasannya.
Baca Juga: NGERI! Kaki Atlet Olimpiade Inggris ini Bisa Berlubang Ketika Ditekan, Viral di Tiktok
Hi aku seorang wanita 26 tahun kebetulan profesiku sebagai bidan, dan aku sudah menikah. Alhamdulillah diusia pernikahan yang sangat muda aku dikasih kepercayaan sama Allah untuk hamil.
Saat itu aku merasakan antara senang dan kaget dan bingung karena aku masih nggak tahu antara siap atau tidak.
Mulai awal kehamilan aku merasakan beberapa perubahan yang dulu aku cuma dapatkan atau dengar keluhan-keluhan dari pasienku.
Baca Juga: Hadiri Pesta Laut Teluk Banten, Walikota Syafrudin: Teluk Banten Tonggak Sejarah Kejayaan Banten
Nah kebetulan aku berasal dari lingkungan keluarga yang sangat kental dengan tradisi adat istiadat, yang dimana jika hamil pasti banyak banget aturannya.
Dari mulai pantangan makanan, kebiasaan pola hidup, dan lebih lagi kebetulan Nenekku sebagai figur terkenal yang ada di desakan yaitu dipercaya seorang dukun yang mencakup pijit, terapi kandungan dan suka jampe-jampe.
Termasuk ibu hamil melakukan tradisinya selama kehamilan sampai menjelang lahiran dan itu suatu hal yg wajib dijalani, jika tidak maka sebuah kata yaitu PAMALI akan terus terucap, tapi bukan paraji ya.
Baca Juga: Harga Tiket Fan Meeting Lee Je Hoon di Jakarta Indonesia, Presale dan Normal, Mulai Rp500 Ribu
Au ah jadi nyengir kan kalo jadi aku.
Nah dari awal hamil aku udah komitmen sama diri aku sendiri bagaimana caranya aku tidak mengalami hal-hal yang seperti itu karena menurutku itu semua tidak ada manfaatnya meskipun sebuah niat yang sangat baik yaiti menginginkan yang terbaik.
Eiits… ini menurut pandanganku dan ilmu kebidanan yang aku pelajari bukan pembahasan dari segi agama (Maklum minim ilmu agama gaes).
Alhamdulillah sampai usia kehamilanku sekarng sudah di Trimester akhir dan sudah mnjelang persiapan persalinan aku berhasil tidak menjalani tradisi-tradisi itu tetap komitmen dengan prinsipku.
Baca Juga: Inter Milan Jamu Udinese, Si Ular Wajib Menang Bila Ingin Prestasi
Alhamdulillah aku senang dan bersyukur dengan kehamilanku walaupun adakalanya tekanan itu merusak mental kesehatanku, tak jarang meenangis dan rasa bersalahku ketika dipaksa orang tua harus mengikuti tradisi mereka.
Mereka meyakini sebuah ikhtiar meskipun dengan cara berbeda, aku hargai dan hormati itu.
Jazakumullah khairon Bapak dan nenek yang sudah sempat mengkhawatirkan aku.
Baca Juga: 15 Tempat Makan Basko di Pandeglang yang Enak dan Murah, Awas Ketagihan!
Sampai suatu ketika nenek pernah marah sama aku karena selama hamil tidak pernah dicebor, dipijit, pakai kendit, dan, bikin bubur tiis (bubur dingin berarti) pokoknya masih banyak tradisi lainnya.
Begitulah lika liku kehidupan selama kehamilan pertamaku, cukup menyentuh kondisi mentalku yang setipis kapas, tapi kembali lagi prinpsipku saat ini aku ingin merasakan, menjalani kehamilanku dengan sehat nyaman tentunya aman dong.
Dan tentunya aku juga seorang bidan sebagai role model untuk ibu-ibu hamil lainnya bahwa untuk mendapatkan kehamilan, persalinan, nifas hingga menyusui yang sehat itu dengan menjaga pola makan yg sehat.
Baca Juga: KATALOG PROMO JSM Superindo 17-19 Februari 2023, Daging Ayam Jumbo Cuma Rp 35 Ribu
Artinya pemenuhan nutrisi yang cukup dan seimbang, exercise (latihan fisik selama kehamilan) kontrol atau pemeriksaan kehamilan dengan tenaga kesehatan.
Intinya berdayakan diri dari sejak awal kehamilan bahkan lebih bagus lagi persiapan dari sebelum kehamilan, dan tentunya yakin sama allah swt bahwa atas izin Allah swt.
Kita bisa menjalaninya dengan mudah,aman,nyaman dan bonusnya bahagia.
Baca Juga: Nggak Pake Ribet! Ini Cara Cek DPT Online untuk Pemilu 2024
Demikian tadi pesan dari seorang bidan kampung dimana Ia menjadi korban tekanan kesehatan mental yang disebabkan oleh kentalnya tradisi nenek moyang.
Di samping itu Ia tetap kuat dan yakin atas pertolongan Allah. Semoga cerita ini bisa menginspirasi ibu-ibu hamil lainnya. *** (Laila Afifah)