BANTENRAYA.COM – Pada hari ini, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pers Nasional 2023, Kamis 9 Februari 2023.
Acara Peringatan Hari Pers Nasional 2023 digelar di Gedung Serbaguna Pemprov Sumut, Jalan Williem Iskandar, Pancing, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional 2023, artikel ini menyajikan sosok pers yang cukup penting di era Orde Lama yakni Mochtar Lubis.
Baca Juga: TERBARU! 20 Link Twibbon Hari Pers Nasional 2023 dengan Desain Paling Keren dan Terkini
Mungkin generasi milenial hari ini kurang akrab dengan nama Mochtar Lubis, padahal sosok ini cukup penting sebagai tokoh pers di era Orde Lama.
Untuk mengetahui lebih lanjut siapa Mochtar Lubis dan bagaimana perannya dalam pers Indonesia, simak pembahasan di bawah ini.
Mochtar Lubis adalah seorang pengacara, jurnalis, dan penulis asal Indonesia.
Lahir pada 7 Maret 1922 di Padang dan meninggal pada tanggal 2 Juli 2004 di Jakarta.
Mochtar Lubis adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah pergerakan jurnalistik dan kepemimpinan Indonesia.
Ia memulai karirnya sebagai jurnalis pada tahun 1945 dan memegang berbagai posisi penting dalam bidang jurnalistik, termasuk sebagai pemimpin redaksi surat kabar Terbit dan Indonesia Raya.
Baca Juga: Sinopsis Film Gita Cinta Dari SMA, Ada Prilly Latuconsina dan Yesaya Abraham
Selain itu, Mochtar Lubis juga aktif dalam berbagai organisasi dan pergerakan sosial, termasuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Dewan Pers.
Ia juga memainkan peran penting dalam perjuangan demokrasi dan pemerintahan yang baik, dan dikenal sebagai salah satu pemikir dan tokoh utama dalam membangun demokrasi di Indonesia.
Mochtar Lubis juga memiliki kontribusi besar dalam bidang literasi dan sastra, dengan mempublikasikan banyak buku dan artikel yang berkontribusi pada pengembangan intelektual dan budaya Indonesia.
Karya-karya terkenalnya meliputi buku “Indonesia in the Mirror of the World” dan “Catatan Korea.”
Secara keseluruhan, Mochtar Lubis dikenal sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam berbagai bidang, dan banyak dipuja sebagai pejuang demokrasi, keadilan, dan kemanusiaan.
Mochtar Lubis pernah merasakan dinginnya penjara ketika masa pemerintahan Presiden Soekarno selama sembilan tahun.
Baca Juga: Film Waktu Maghrib: Sinopsis, Jadwal Tayang dan Harga Tiket Nonton
Selama di penjara, Mochtar Lubis menuliskan seluruh pemikirannya, kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Subversif pada 1980.
Adapun karya-karya yang sudah dihasilkan dari tangan Mochtar Lubis berupa karya sastra, antara lain;
- Tidak Ada Esok (novel, 1951)
- Si Jamal dan Cerita-Cerita Lain (kumpulan cerpen, 1950)
- Teknik Mengarang (1951)
- Jalan Tak Ada Ujung (1952)
- Teknik Menulis Skenario Film (1952)
- Perempuan (kumpulan cerpen, 1956)
- Harta Karun (cerita anak, 1964)
- Tanah Gersang (novel, 1966)
- Senja di Jakarta (novel, 1970; diinggriskan Claire Holt dengan judul Twilight in Jakarta, 1963)
- Judar Bersaudara (cerita anak, 1971)
- Penyamun dalam Rimba (cerita anak, 1972)
- Harimau! Harimau! (novel, 1975)
- Manusia Indonesia (1977)
- Berkelana dalam Rimba (cerita anak, 1980)
- Kuli Kontrak (kumpulan cerpen, 1982)
- Bromocorah (kumpulan cerpen, 1983).***



















