BANTENRAYA.COM – Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten kembali memberikan penghargaan terhadap para pendonor darah sukarela 50 kali, 75 kali, dan 100 kali.
Penghargaan diberikan langsung oleh Ketua PMI Provinsi Banten Ratu Tatu Chasanah.
Tatu mengatakan, total pendonor darah sukarela yang diberi apresiasi sebanyak 110 orang yang terdiri dari pendonor 50 kali sebanyak 52 orang, pendonor 75 kali sebanyak 38 orang, dan pendonor 100 kali 20 orang.
Baca Juga: Harga Tak Beda Jauh, Warga Keluhkan Harga Operasi Pasar Murah Pemkot Serang
“Apa yang dilakukan oleh para pendonor sesungguhnya tidak bisa dinilai, tidak bisa diukur karena telah menjadi pahlawan kemanusiaan,” ujar Tatu di Markas PMI Banten, Rabu 2 November 2022.
Ia menilai, para pendonor adalah manusia luar biasa yang sudah sukarela mendonorkan darah secara rutin untuk membantu sesama yang membutuhkan darah.
“Punya ketulusan hati dan kedermawanan luar biasa. Dari badan, dari darah sendiri untuk menolong sesama,” katanya.
Baca Juga: 78 Persen Warga Banten Belum Terima Set Top Box
Bupati Serang itu menjelaskan, penyediaan darah tidak akan tersedia tanpa ada masyarakat yang secara sukarela menjadi pendonor.
“Maka penyediaan darah dan mengajak untuk berdonor darah merupakan tugas kita bersama. Melakukan sosialisasi bersama untuk menolong sesama,” paparnya.
Ruli Purnama, salah satu penerima penghargaan berbagi pengalaman menjadi pendonor darah sukerala.
Baca Juga: Diperlebar, Pembangunan Jalan Mancak-Anyer Dianggarkan Rp50 Miliar
Ia mengaku ketika awal memberikan donor darah karena kena ‘prank’ oleh temannya saat kuliah. Saat itu, diajak makan gratis, tetapi ternyata ikut dalam kegiatan donor darah.
“Yang tidak pernah terlupakan pengalaman mendonorkan darah saya pernah menolong seorang anak warga Kabupaten Pandeglang pada tahun 1996 yang punya penyakit thalassemia,” katanya.
Saat itu, ia berpikir bahwa anak tersebut tidak bisa tertolong karena punya kondisi yang mengkhawatirkan, namun Ruli berdonor serta mengajak teman-temannya yang lain dan terkumpul lima labu kantong darah.
“Setelah 15 tahun, saya kembali bertemu dengan anak tersebut dan sudah dewasa. Kini menjadi wanita karir di Kota Cilegon,” ungkapnya.***