BANTENRAYA.COM – Aliansi Mahasiswa Pemuda dan Rakyat atau Ampera kembali berunjuk rasa di Jenderal Sudirman, tepatnya di depan UIN SMH Banten, Ciceri, Kota Serang, Selasa (20/9/22).
Tuntutan Ampera masih sama, yakni menolak kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM dan mahalnya harga bahan kebutuhan pokok.
Korlap Ampera Abroh Nurul Fikri mengatakan, demonstrasi yang dilakukannya merupakan aksi lanjutan pada sebelumnya.
“Ini aksi lanjutan sebelumnya. Terkait kenaikan harga BBM subsidi, dan juga tingginya harga bahan pokok dan pangan,” ujar Abroh Nurul Fikri, di sela-sela aksi.
Menurut Abroh Nurul Fikri, kenaikan harga BBM subsidi menyengsarakan masyarakat menengah ke bawah.
Baca Juga: Reza Arap Diisukan Selingkuhi Wendy Walters, Netizen Singgung Masa Lalu
“Iya. Tentunya itu yang menjadi pembahasan kita, bahwasanya kita belum selesai masalah terkait Covid-19. Tentunya Covid-19 pun belum bisa kita katakan sudah tidak ada,” ucap dia.
“Kemudian dengan beban adanya wabah Covid-19 ini masyarakat mengalami inflasi, mengalami kesenjangan sosial yang terjadi akibat adanya wabah Covid-19,” imbuhnya.
Kata Abroh Nurul Fikri, kenaikan harga BBM subsidi menjadi permasalahan pelik, sehingga seharusnya pemerintah memberikan kewibawaannya dengan menurunkan harga BBM subsidi.
“Harusnya pemerintah berwibawa menurunkan harga BBM, karena gara-gara BBM naik, kebutuhan pokok pun ikut-ikutan naik,” jelas Abroh Nurul Fikri.
Abroh Nurul Fikri menuturkan, pemerintah terkesan tidak mau melakukan recovery terkait permasalahan ekonomi setelah pasca Pandemi Covid-19.
Baca Juga: Ternyata Sampai Saat Ini…. Kota Serang Masih Kekurangan Madrasah Negeri
“Justru pemerintah kita inisiasi ingin berbisnis dengan rakyatnya dengan mengupayakan kenaikan BBM dan juga kenaikan harga bahan pokok dan pangan,” tutur dia.
Menurut Abroh Nurul Fikri, pemerintah tidak pro rakyat terkait kebijakan dengan menaikkan harga BBM subsidi, karena tidak mensejahterakan masyarakat.
“Karena kita belum selesai dengan permasalahan resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19, namun pemerintah terkesan buru-buru menaikkan BBM dengan dalih untuk disubsidi,” ungkapnya.
Abroh Nurul Fikri mengatakan, permasalahan ekonomi belum terselesaikan, namun pemerintah memaksa untuk menaikkan harga BBM subsidi.
Walaupun ada subsidi, kata dia, subsidi di Indonesia ini tidak pernah tepat sasaran.
“Tentu ini menjadi permasalahan pelik juga di masyarakat. Hingga akhirnya masyarakat mengalami konflik horizontal karena kenaikan BBM,” pungkasnya. (***)