BANTERAYA.COM – Tabung gas yang berbentuk melon berukuran 3kg bakal ditarik Pemerintah dengan alasan membantu mengurangi beban kepada masyarakat.
Entah apa yang akan dilakukan Pemerintah kepada masyarakat kali ini, apakah akan sering memberatkan masyarakat dengan iming – iming bansos untuk menarik tabung gas berukuran 3 Kg?
Sedangankan rumor yang beredar Pemerintah sudah siap – siap akan mengeluarkan peraturan untuk penggunaan kompor listrik yang menggantikan tabung gas berukuran 3 Kg yang sering kita pakai.
Baca Juga: Jadwal Tayang Drakor Little Women Episode 5 dan 6 Lengkap dengan Link Nonton Resmi
Dikutip Bantenraya.com dari kanel Youtube Komisi DPR RI, Kabar penarikan tabung gas 3 Kg itu benar adanya sehingga Mentri ESDM angkat bicara, Arifin Tasrif mengatakan bahwa pemerintah akan mengurangi peredaran LPG 3 kg yang selama ini masuk dalam barang subsidi.
Pengurangan jumlah tabung gas melon akan dilakukan secara bertahap.
Arifin menuturkan, saat ini pemerintah bersama PT PLN (Persero) sedang menggencarkan program konversi kompor gas menjadi kompor listrik atau induksi untuk rumah tangga.
Baca Juga: Gunung Merapi, Sering Terlihat Muntahkan Lava di Yogyakarta, Apakah Pertanda Meletus?
Konversi ini jadi salah satu upaya mengurangi subsidi LPG 3 kilogram dengan semua keputusan yang sering kali membuat bertanya-tanya kembali kepada Pemerintah.
Walaupun begitu, Arifin belum bisa memastikan apakah LPG 3 kg akan dihapus seiring banyaknya produk alternatif.
Ia hanya berharap beban subsidi LPG 3 kg yang mayoritas masih diimpor bisa terus ditekan tahun demi tahun.
Diminimalkan, tapi ini kan it takes time (butuh) beberapa tahun. Mau enggak kita impor barang luar terus? Kan enggak mau,” ujarnya.
Walaupun begitu, Arifin belum bisa memastikan apakah LPG 3 kg akan dihapus seiring banyaknya produk alternatif.
Dia hanya berharap beban subsidi LPG 3 kg yang mayoritas masih diimpor bisa terus ditekan tahun demi tahun.
“Diminimalkan, tapi ini kan it takes time (butuh) beberapa tahun. Mau enggak kita impor barang luar terus? Kan enggak mau,” kata Arifin
Selain konversi ke kompor listrik, pemerintah juga mengandalkan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) menjadi produk substitusi impor LPG.
Menurut Arifin, proyek tersebut juga bisa mengurangi beban keuangan negara.
Meski begitu, proyek DME baru saja mulai di tahun ini sehingga belum berproduksi. Sementara itu, saat ini pemerintah masih mengandalkan proyek jaringan gas (jargas) rumah tangga untuk mengurangi LPG 3 kg.
“Tapi jaringan gas juga ke depannya ini sustain apa enggak sumbernya (batu bara)? Untuk itu yang paling gampang kan listrik, matahari kan gratis,” ucap Arifin.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan program konversi kompor listrik untuk rumah tangga bisa menghemat APBN hingga Rp 16,8 triliun untuk 15,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) per tahun.
Baca Juga: Waduh, Cecep Datang Sendirian ke Markas Remon Preman Pensiun 6 hingga Bakal Dikeroyok 4 Orang
Darmawan menjelaskan, angka tersebut didapat dari proses uji klinis yang sedang dilakukan PLN mulai tahun ini hingga tahun 2025.
Adapun tahun ini, program konversi kompor induksi ditargetkan menyasar 300.000 KPM.
“Saving ini dari fakta bahwa per kilogram LPG, biaya keekonomiannya adalah sekitar Rp20.000 sedangkan per kilogram listrik ekuivalen biaya keekonomiannya adalah sekitar Rp11.300 per kilogram listrik ekuivalen,” pungkasnya.
Baca Juga: Keisya Levronka Awalnya Mengaku Belum Tahu Suaranya Fals: Wah Separah Ini
Seperti diketahui masyarakat dari sisi lain Pemerintah berupaya terus -menurus menghilangkan semua subsidi.
Ini yang terjadi dengan kondisi yang memanas dan banyak sekali mendemo lantaran semua bantuan yang bernama subsidi sepertinya akan menghilang dan digantikan dengan bansos.***