BANTENRAYA.COM – Tercatat ada sebanyak 81.556 keluarga beresiko stunting di Kota Serang.
Banyaknya keluarga berisiko stunting itu disebabkan beberapa faktor salah satunya akibat sanitasi, dan empat terlalu.
Terkait 81.556 keluarga berisiko stunting ini diungkapkan Plt Kepala perwakilan BKKBN Provinsi Banten Dadi Ahmad Roswandi.
Baca Juga: Manoj Punjabi Siap Rilis Film tentang Sosok Laura Anna
Dadi Ahmad Roswandi menyampaikan data keluarga berisiko stunting ini dalam kegiatan Komitmen dan Rekonsiliasi Percepatan Penurunan Stunting Kota Serang di Hotel Horison Ultima Ratu Serang, Kota Serang, Kamis 28 Juli 2022.
Dadi Ahmad Roswandi mengatakan, berdasarkan angka, tingkat stunting di Kota Serang sebesar 23,4 persen. Artinya 23 dari 100 orang anak Kota Serang terkena stunting. Sementara 81 ribu keluarga beresiko stunting.
“81 ribu keluarga ini yang beresiko berdasarkan dana dari BKKBN,” kata Dadi Ahmad Roswandi, kepada Bantenraya.com, usai pembukaan acara.
Baca Juga: SIKAT! Kode Redeem ML Mobile Legends 29 Juli 2022, Dapatkan Skin Epic Secara Gratis
Dadi Ahmad Roswandi menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab tingginya angka stunting di daerah. Mulai dari masalah jamban, sanitasi dan empat faktor terlalu, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak jumlah anak.
“Pasangan muda yang belum memenuhi usianya itu juga beresiko, dan juga pemahaman orangtua yang harus ditingkatkan,” jelas dia.
Dadi Ahmad Roswandi mengaku, pemerintah pusat terus bergerak untuk menurunkan angka stunting, termasuk di daerah dengan target capaian 14 persen di tahun 2024 mendatang.
“Di tingkat Provinsi ada 15 instansi yang bergerak mengeroyok, agar stunting turun. Karena Banten ini termasuk provinsi prioritas nasional yang angka stuntingnya diatas rata-rata nasional,” terangnya.
Wakil Walikota Serang Subadri Ushuludin mengatakan, penanganan stunting harus dilakukan secara kolaborasi termasuk dengan instansi lintas sektoral dan masyarakat.
“Kalau bicara masalah stunting penyelesaiannya harus benar-benar keroyokan. Karena semuanya ada erat kaitannya,” ujar Subadri Ushuludin, kepada Bantenraya.com.
“Pak Anthon (Kepala DP3AKB-red), Pak Sekda hari ini mengundang semuanya, jadi biar siapa berbuat apanya juga jalan,” imbuhnya.
Subadri Ushuludin menekankan dua tahun mendatang kasus stunting di Kota Serang zero stunting.
“Tadi saya tekankan, karena secara langsung Kota Serang ketua timnya ada di Pak Sekda. Saya Wakil Walikota, nggak mau tahu yang penting 2024 habis itu stunting. Itu penekanan saya,” jelasnya.
Ketua TPPS Kota Serang yang juga Sekretaris Daerah Kota Serang Nanang Saefudin mengatakan, pihaknya telah mengalokasikan anggaran ke beberapa OPD untuk menekan penurunan angka stunting.
Tak hanya itu, pihaknya juga akan mengalokasi sekitar Rp 50 juta khusus untuk penangana stunting bagi masing-masing kelurahan. Anggaran tersebut berasal dari APBD untuk tahun 2023 mendatang.
“Total untuk kelurahan kita alokasikan Rp 200 juta, dan Rp 50 juga diantaranya khusus untuk penanganan stunting,” ungkap Nanang Saefudin.
Nanang Saefudin menuturkan penanganan khusus akan dilakukan di Kecamatan Kasemen, sebab stunting paling banyak ditemukan di Kasemen.
“Jumlah relatif paling banyak di Kasemen dengan tidak mengabaikan kecamatan lainnya,” tutur dia.
Untuk langkah pertama, kata Nanang Saefudin, tentu perencanaan yang baik, sebab penanganan stunting masalah ekonomi yang berpengaruh terhadap pemberian gizi.
“Ini harus ada pemberdayaan bagaimana masyarakat secara ekonomi mampu melaksanakan kewajiban memberikan asupan gizi,” tandasnya. *