BANTENRAYA.COM – Puasa sunah Syawal hukumnya sunah dan mendapatkan pahala bagi yang mengerjakan.
Namun, status hukum sunah puasa Syawal bisa berubah menjadi makruh dan haram.
Puasa sunah Syawal menjadi makruh, jika seseorang masih belum mengqadha atau mengganti puasa Ramadhan karena alasan atau uzur seperti bepergian dan beberapa lainnya menurut ulama.
Puasa sunah Syawal bisa dihukumi haram, jika seseorang tidak berpuasa Ramadhan tanpa alasan atau uzur yang ditentuka ulama.
Untuk itu, seseorang yang masih berhutang puasa Ramadhan, maka wajib mendahulukan membayar hutangnya.
Selanjutnya, puasa Syawal bisa diqadha dibulan berikutnya yakni Dzul Qadah atau bulan lainnya.
Dikutip BantenRaya.Com dari jatim.nu.or.id pada Kamis 5 Mei 2022, orang-orang yang memiliki utang puasa Ramadhan dianjurkan untuk mengqadha segera utang puasanya. Setelah utang puasa Ramadhannya terbayar, maka ia boleh melanjutkannya dengan puasa sunah Syawal.
Namun, bagi yang meninggalkan puasa wajib Ramadhan tanpa ada uzur atau alasan, maka puasa Syawal menjadi haram.
Jika ada alasan atau uzur tidak berpuasa misalnya dalam perjalanan dan lainnya, maka hukumnya makruh.
Hal itu sesuai pendapat Syamsuddin Ar-Ramli dalam kitab Nihayatul Muhtaj, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, cetakan ketiga, 2003 M/1424 H, juz III, halaman 208:
وَقَضِيَّةُ كَلَامِ التَّنْبِيهِ وَكَثِيرِينَ أَنَّ مَنْ لَمْ يَصُمْ رَمَضَانَ لِعُذْرٍ أَوْ سَفَرٍ أَوْ صِبًا أَوْ جُنُونٍ أَوْ كُفْرٍ لَا يُسَنُّ لَهُ صَوْمُ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ . قَالَ أَبُو زُرْعَةَ : وَلَيْسَ كَذَلِكَ : أَيْ بَلْ يُحَصِّلُ أَصْلَ سُنَّةِ الصَّوْمِ وَإِنْ لَمْ يُحَصِّلْ الثَّوَابَ الْمَذْكُورَ لِتَرَتُّبِهِ فِي الْخَبَرِ عَلَى صِيَامِ رَمَضَانَ . وَإِنْ أَفْطَرَ رَمَضَانَ تَعَدِّيًا حَرُمَ عَلَيْهِ صَوْمُهَا. وَقَضِيَّةُ قَوْلِ الْمَحَامِلِيِّ تَبَعًا لِشَيْخِهِ الْجُرْجَانِيِّ ( يُكْرَهُ لِمَنْ عَلَيْهِ قَضَاءُ رَمَضَانَ أَنْ يَتَطَوَّعَ بِالصَّوْمِ كَرَاهَةُ صَوْمِهَا لِمَنْ أَفْطَرَهُ بِعُذْرٍ
Artinya: Masalah di tanbih dan banyak ulama menyebutkan bahwa orang yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur, perjalanan, masih anak-anak, masih kufur, tidak dianjurkan puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Abu Zur‘ah berkata, tidak begitu juga. Ia tetap dapat pahala sunah puasa Syawal meski tidak mendapatkan pahala yang dimaksud karena efeknya setelah Ramadhan sebagaimana tersebut di hadits. Tetapi jika ia sengaja tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa uzur, maka haram baginya puasa sunah. Masalah yang disebutkan Al-Mahamili mengikuti pandangan gurunya, Al-Jurjani. (Orang utang puasa Ramadhan makruh berpuasa sunah, kemakruhan puasa sunah bagi mereka yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur).
Baca Juga: Panjatkan Doa Ini Agar Semua Amalan di Bulan Ramadhan Diterima Allah SWT
Ulama As-Syarbini berpendapat dalam Mughnil Muhtaj, Beirut, Darul Marifah, cetakan pertama, 1997 M/1418 H, juz I, halaman 654:
ولو صام في شوال قضاء أو نذرا أو غير ذلك ، هل تحصل له السنة أو لا ؟ لم أر من ذكره ، والظاهر الحصول. لكن لا يحصل له هذا الثواب المذكور خصوصا من فاته رمضان وصام عنه شوالا ؛ لأنه لم يصدق عليه المعنى المتقدم ، ولذلك قال بعضهم : يستحب له في هذه الحالة أن يصوم ستا من ذي القعدة لأنه يستحب قضاء الصوم الراتب ا هـ
Artinya: Kalau seseorang mengqadha puasa, berpuasa nadzar, atau berpuasa lain di bulan Syawal, apakah mendapat keutamaan sunah puasa Syawal atau tidak? Saya tidak melihat seorang ulama berpendapat demikian, tetapi secara zahir, dapat. Tetapi memang ia tidak mendapatkan pahala yang dimaksud dalam hadits khususnya orang luput puasa Ramadhan dan mengqadhanya di bulan Syawal karena puasanya tidak memenuhi kriteria yang dimaksud. Karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa dalam kondisi seperti itu ia dianjurkan untuk berpuasa enam hari di bulan Dzul qa’dah sebagai qadha puasa Syawal.
Jika seseorang masih berhutang Ramadhan maka sebaiknya menyelesaikan dengan membayar atau mengqadhanya terlebih dahulu.
Baca Juga: Artis Indonesia Agnez Mo jadi Kapten Los Angeles FC
Selanjutnya, baru berpuasa sunah Syawal dibulan bulan berikutnya.
Namun, jika anda tidak berpuasa karena tidak ada alasan kuat, maka hal itu bisa menjadi makruh. ***