BANTENRAYA.COM – Itulah hebatnya Chairil Anwar, tanggal wafatnya diperingati sebagai Hari Puisi Nasional.
Telah bersumpah Chairil Anwar dalam puisinya sendiri, bahwa ia ingin hidup seribu tahun lagi.
Dan kini, kita semua mempercayai bahwa Chairil Anwar masih hidup bahkan akan lebih lama dari seribu tahun lagi melalui puisi – puisi yang ia tuliskan.
Baca Juga: Kumpulan Puisi Singkat untuk Sambut Hari Puisi Nasional, Ada Punya Chairil Anwar Hingga WS Rendra
Kehidupan dan kematian merupakan tema puisi yang sering diangkat oleh Chairil.
Bahkan baginya segala hidup dan mati adalah puisi, semuanya berarti.
Inilah yang menurut Saut Situmorang dalam esainya Chairil Anwar: Dikutuk-sumpahi Eros, yang membuat Chairil menjadi legenda adalah intensitasnya, obesesinya yang radikal atas hidup dalam semua bentuk dan penampakannya.
Baca Juga: Link Nonton Pretty Little Liars Season 2 Episode 6 Lengkap dengan Jadwal Tayang dan Sinopsis
“Dan karenanya juga pada kematian – karena siapa saja yang hidup dengan serius pasti tak bisa menghindar dari konfrontasi dengan kematian,” ujar Saut Situmorang.
Selain itu pula, dalam usianya yang begitu singkat, Chairil bernasib puisi dan berezeki puisi.
Sang Binatang Jalang itu dianggap perintis puisi modern Indonesia dan pelopor angkatan 45.
Baca Juga: Kapolri Bagi-bagi Bingkisan Lebaran untuk Wartawan di Banten, Bentuk Apresiasi Kepada Pewarta
“Memang intensitas dan keseriusan Chairil dalam menghadapi kehidupan dan kematian merupakan satu hal yang membuat legenda dalam sastra Indonesia modern,” ungkap Saut Situmorang, penyair asal Medan ini.
Selanjutnya, nama Chairil dalam sejarah sastra Indonesia merupakan sejarah perlawanan terhadap penjajah dan pendobrak bahasa Indonesia modern.
Ia bahkan membuat puisi yang terkenal, Persetujuan Dengan Bung Karno dan Diponegoro.
Baca Juga: TERBARU! 20 Link Twibbon Hari Puisi Nasional 2022, Pasang Secara Gratis
Puisi ini melambangkan keinginan jiwa Chairil, agar ada pemimpin seperti Diponegoro yang memiliki jiwa ksatria dan pemberani.
Sedangkan Persetujuan Dengan Bung Karno, ialah cara Chairil memberikan dukungan atas perjuangan Bung Karno untuk kemerdekaan Indonesia melalui puisi.
Mungkin tak keliru ataupu tidak berlebihan, kalau menyebut Chairil sebagai tonggak puisi Indonesia modern.
“Satu aspek dari Chairil yang sangat menarik perhatian para pembahasnya adalah kesan umumtentang tidak mungkin puisi Chairil dipisahkan dari hidup hidupnya,” jelas Penyair Medan itu yang kini betah menetap di Yogyakarta.
Lebih jauh Saut yang dikenal dengan puisi Perahu Mabuknya, mengatakan puisi Chairil adalah refleksi dari kehidupan sehari-harinya, rekaman yang sebenarnya dari pengalaman hidupnya.
“Baik itu cinta, rasa sunyi, maupun kematian, yang secara jujur dituliskannya ke dalam puisinya,” pungkasnya.
Baca Juga: Bantuan Subsidi Upah Belum Juga Cair, BPJS Ketenagakerjaan Berikan Penjelasan
Maka wajar bahwa kehidupan dan kematian Chairil Anwar adalah puisi dan puitis.
Selamat Hari Puisi Nasional 28 April 2022.***