BANTENRAYA.COM – Pemerintah sudah menetapkan batasan pembayaran Tunjangan Hari Raya atau THR tahun 2022.
Perusahaan di tahun 2022 ini wajib membayarkan THR penuh dan tidak boleh dicicil sebagaimana pernah terjadi di masa pandemi Covid tahun 2020.
Pemerintah juga meminta perusahaan untuk membayarkan THR para pekerja maksimal satu pekan sebelum Idul Fitri atau Lebaran.
Untuk mengatur THR tersebut diterbitkanlah Surat Edaran (SE) Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Nomor M/1/HK.04/IV/2022 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan Tahun 2022 Bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.
Dalam SE Menaker tentang THR 2022 tersebut lengkap diatur mengenai tata cara pembayaran dan penghitungan THR.
Penghitungan THR salah satunya mencakup pembayaran THR untuk pekerja dengan masa kerja lebih dari satu tahun dan pekerja dengan masa kerja kurang dari satu tahun.
Bagaimana penghitungan THR untuk pekerja dengan masa kerja lebih dari satu tahun, menurut SE Menaker wajib dibayarkan satu bulan gaji.
Sementara, bagaimana penghitungan THR untuk pekerja dengan masa kerja kurang dari satu tahun, SE Menaker memberikan rumus penghitungannya.
Begini: Masa kerja pekerja dibagi dengan 12, setelah itu dikali dengan upah yang diterima rata-rata. Maka akan didapat hasil THR yang harus dibayarkan.
Sebagaimana tertuang di dalam SE, pembayaran THR Keagamaan dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. THR Keagamaan diberikan kepada:
a. Pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja satu bulan secara terus menerus atau lebih.
b. pekerja/buruh yang mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu.
2. Besaran THR Keagamaan diberikan sebagai berikut:
a. Bagi pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja dua belas bulan secara terus menerus atau lebih, diberikan sebesar satu bulan upah.
b. Bagi pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja satu bulan secara terus menerus tetapi kurang dari dua belas bulan, diberikan secara proporsional sesuai dengan perhitungan: masa kerja dibagi 12 dikali satu bulan upah.
3. Bagi pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian lepas, upah satu bulan dihitung sebagai berikut:
a.Pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja dua belas bulan atau lebih, upah satu bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima dalam dua belas bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan.
b. Pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari dua belas bulan, upah satu bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja.
4. Bagi pekerja/buruh yang upahnya ditetapkan berdasarkan satuan hasil maka upah satu bulan dihitung berdasarkan upah rata-rata dua belas bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan.
5. Bagi perusahaan yang menetapkan besaran nilai THR Keagamaan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau kebiasaan yang telah dilakukan lebih besar dari nilai THR Keagamaan sebagaimana nomor 2 di atas maka THR Keagamaan yang dibayarkan kepada pekerja/buruh sesuai dengan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau kebiasaan yang telah dilakukan.
6. THR Keagamaan wajib dibayarkan paling lambat tujuh hari sebelum hari raya keagamaan.
Selanjutnya, dalam rangka memastikan pelaksanaan pembayaran THR keagamaan dapat berjalan dengan baik, melalui SE Menaker juga meminta para gubernur untuk mendorong perusahaan di wilayahnya agar membayar THR keagamaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, bagi perusahaan yang mampu diimbau untuk membayar THR keagamaan lebih awal sebelum jatuh tempo kewajiban pembayaran THR keagamaan.
Adapun SE Menaker THR 2022 dapat didownload DISINI. ***

















