BANTENRAYA.COM – Patah hati ternyata bisa menjadi penyakit yang serius, bahkan bisa berakibat fatal pada jantung.
Fenomena patah hati yang sangat menyakitkan bisa saja menjadi Broken Heart Syndrom, dan istilah tersebut akan dijelaskan dalam artikel ini.
Patah hati biasanya menyerang anak muda, dan salah satu penyebab yang sering terdengar adalah kehilangan pasangan.
Biasanya mereka meluapkannya emosinya dengan curhat di media sosial, menulis sebuah puisi, atau membuang barang-barang kenangan.
Bahkan yang lebih parah adalah menangis terus-menerus hingga mata membengkak, hal itu biasanya terjadi jika hubungan sudah bertahun-tahun.
Dalam tulisan ini, kita akan menyelami lebih dalam tentang apa itu Broken Heart Syndrom, bagaimana terjadi, dan mengapa ini lebih dari sekadar patah hati biasa.
Dilansir Bantenraya.com dari ayosehat.kemkes.go.id pada 23 Januari 2024, berikut adalah penjelasan Broken Heart Syndrom.
Apa Itu Broken Heart Syndrom?
Broken Heart Syndrom pertama kali diidentifikasi di Jepang pada tahun 1990 dan dinamai “Takotsubo” karena bentuk jantung yang mirip dengan perangkap udang tradisional Jepang, takotsubo.
Baca Juga: Besi Papan Reklame Prabowo Gibran dan Ganjar Mahfud Timpa Angkot Jurusan Serang-Cilegon
Kondisi ini terjadi ketika stres emosional atau fisik ekstrem menyebabkan bagian dari jantung membesar dan tidak berfungsi dengan baik.
Sementara bagian lainnya berfungsi normal atau bahkan dengan kontraksi yang lebih kuat.
Penyebab Broken Heart Syndrom
Baca Juga: Diterba Hujan dan Angin Kencang, Tugu Romusha Satu-satunya di Indonesia yang Berada di Bayah Hancur
Ketika seseorang mengalami stres yang intens, tubuh melepaskan hormon adrenalin dan hormon stres lainnya.
Pada beberapa orang, terutama wanita yang lebih tua, ini dapat menyebabkan “stunning” dari miokardium (otot jantung).
Kemudian menyebabkan bagian dari jantung sementara melemah dan menyebabkan gejala yang mirip dengan serangan jantung.
Gejala-gejala
Gejala Broken Heart Syndrom sangat mirip dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada dan kesulitan bernapas.
Ini sering menyebabkan penderitanya dilarikan ke UGD dengan dugaan serangan jantung.
Baca Juga: Tampar Keras Hujatan Netizen, Soal Nasionalisme Jordi Amat Tak Perlu Diragukan Lagi?
Namun, berbeda dari serangan jantung, penyumbatan arteri tidak sering ditemukan pada pasien dengan Broken Heart Syndrom.
Faktor Risiko
Faktor risiko utama Broken Heart Syndrom adalah stres emosional berat, seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, atau bahkan kejutan yang menyenangkan seperti menang lotere.
Baca Juga: Sinopsis dan Jadwal Tayang Marry My Husband Episode 7 Sub Indo: Yoo Ji Hyeok Ungkap Tanda Misterius
Wanita menopause memiliki risiko lebih tinggi, meskipun ini bisa terjadi pada siapa saja, dari berbagai usia.
Dampak pada Kesehatan
Meskipun banyak pasien pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu, kondisi ini bukan tanpa risiko.
Baca Juga: Erigo Resmi Jadi Sponsor Timnas Indonesia, Bagaimana saat Laga Lawan Jepang di Piala Asia 2023?
Komplikasi bisa termasuk gangguan irama jantung, gagal jantung, dan dalam kasus yang sangat jarang, kematian mendadak.
Penyembuhan dan Pencegahan
Pengobatan Broken Heart Syndrom sering melibatkan obat-obatan yang sama dengan yang digunakan untuk mengobati gagal jantung atau serangan jantung, seperti beta-blocker dan ACE inhibitor.
Baca Juga: Pj Gubernur Banten Bingung Soal SOP Chandra Asri hingga Terjadi Kebocoran Gas dan Cemari Udara
Aspek penting lainnya adalah manajemen stres, yang dapat mencakup terapi, meditasi, dan latihan fisik.
Bukan Sekadar Patah Hati
Broken Heart Syndrom adalah peringatan penting tentang betapa kuatnya hubungan antara kesehatan emosional dan fisik kita.
Ini membuktikan bahwa trauma emosional tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental kita.
Tetapi juga memiliki efek yang sangat nyata dan kadang-kadang berbahaya pada kesehatan fisik kita, khususnya jantung kita.
Mengambil Pelajaran
Baca Juga: CEK FAKTA: Mahfud MD Berbicara Laju Penggundulan Hutan Indonesia Tertinggi di Dunia
Broken Heart Syndrom membuka mata kita tentang betapa rapuhnya tubuh manusia terhadap guncangan emosional.
Meningkatnya pemahaman ini tidak hanya penting bagi dunia medis, tetapi juga bagi masyarakat umum.
Masyarakat harus menyadari bahwa mengelola stres dan menjaga kesehatan emosional sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
Baca Juga: Penggemar Karaoke Wajib Merapat! JBL Banjir Diskon Sound System Hingga 60 Persen
Dengan memahami dan merespon secara adekuat terhadap kondisi ini, kita dapat tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup banyak orang.***