BANTENRAYA.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak mengungkapkan bahwa saat ini stok Serum Anti Bisa Ular (SABU) pada 43 Puskesmas di Kabupaten Lebak dalam kondisi kosong.
Untuk itu, Dinkes Lebak sendiri mengaku tengah melakukan pemesanan 1000 fial serum ABU.
“Saat ini stok serum ABU di 43 Puskesmas kosong, yang ada di RSUD Adjidarmo. Kita sudah memesan stok serum ABU ke biofarma dan baru ada sekitar Juni 2025 nanti,” kata Plt Dinkes Kabupaten Lebak, Endang Komarudin, Kamis, 15 Mei 2025.
Baca Juga: 900 Ruang Kelas Rusak, Pemkab Pandeglang Anggarkan Rp75 Miliar untuk Perbaikan
Endang mengungkapkan, Kabupaten Lebak sendiri merupakan daerah yang rawan terjadi gigitan ular berbisa. Kondisi alam yang masih kosong serta masih banyaknya habitat ular dengan bisa mematikan, membuat daerah ini harus waspada.
“Hingga Mei 2025 ini kasus gigitan ular di Lebak mencapai 247 kasus dan 1 orang meninggal ketika dirawat di RSUD Banten,” imbuhnya.
Kata Endang, berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP), penanganan kasus gigitan ular saat ini tidak langsung korban mendapatkan serum ABU. Penggunaan serum ABU baru bisa dilakukan ketika korban mengalami gangguan seperti pembekuan darah.
Baca Juga: Maksimalkan Efisiensi Anggaran, Pemkot Cilegon akan Lelang 78 Mobil Dinas OPD
“Dengan SOP yang ada sekarang tidak semua kasus gigitan ular ditangani dengan obat serum ABU, cukup di mobilisasi pemberian analisi ST, sporting sembuh tanpa anti bisa ular. Yang harus dengan serum ABU itu yang sudah kearah sistemik, kelainannya ada gangguan pembekuan darah, gangguan sarap baru ditangani dengan obat ABU,” papar Endang.
Dia menambahkan, baik pada musim cuaca ekstrem seperti saat ini maupun kemarau, pihaknya mengimbau kepada petani untuk mewaspadai adanya serangan ular berbisa.
Endang juga meminta ke para petani untuk menggunakan atribut seperti sepatu bot ketika pergi meladang.
“Selama musim cuaca ekstrem kita tetap mewaspadai kasus gigitan ular terlebih kemarau karena banyak warga yang membuka ladang atau huma,” tandasnya.***