BANTENRAYA.COM – Cuaca buruk akibat kemarau basah membuat warga Kota Cilegon harus waspada. Salah satunya yakni karena angin kencang yang terus menerjang dan membuat sejumlah pohon tumbang di Kota Cilegon.
Selain tentu saja menjaga kondisi tubuh karena cuaca panas yang langsung berubah menjadi hujan angin, warga juga diminta melakukan mitigasi sejak dini untuk terhindar dari bencana.
Bahkan, pada Minggu 29 Juni 2025 lalu, ada sebanyak 10 titik pohon tumbang di Kota Cilegon. Hal itu, karena cuaca yang sangat ekstrem dengan hujan lebat dan angin kencang terjadi.
Beberapa hal yang harus dilakukan menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon yakni memotong dahan ranting dahan yang daunnya rimbun.
Hal itu untuk memastikan terpaan tekanan angin berkurang karena ranting dengan daun rimbun sudah dipangkas, sehingga meminimalisir pohon menjadi roboh.
Terlebih lagi pohon yang ada di pekarangan rumah. Di mana potensinya sangat berbahaya.
Baca Juga: Dinilai Kumuh, Desa Baros Jaya dan Desa Pasauran di Kecamatan Cinangka Akan Ditata Pemkab Serang
Selanjutnya yakni saat hujan turun warga jangan berteduh di bawah pohon. Hal itu bisa berakibat fatal jika pohon roboh karena terpaan angin yang sangat kencang.
Warga diharapkan memilih tempat berteduh yang lebih aman.
Untuk mengatasi banjir, warga juga diharapkan mulai membersihkan sejumlah saluran air lingkungan. Dengan kondisi saluran yang bersih, maka tidak ada sampah yang menyumbat dan membuat genangan air yang masuk ke pemukiman dan rumah warga.
“Kami minta semua waspada. Pohon tumbang dan banjir sudah terjadi dan semua disiagakan selama periode kemarau basah,” kata Kepala BPBD Kota Cilegon Suhendi, Senin 30 Juni 2025.
Karena kondisi cuaca yang belum menentu, warga juga diharapkan untuk menjadwal ulang saat hendak bepergian pada saat libur sekolah.
“Kami harap warga terus memantau kondisi prakiraan cuaca. Misalnya kondisi bepergian secara jauh. Jadi harus waspada dan antisipasi saat bepergian mengecek cuaca secara rutin di laman BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika),” ujarnya.
Baca Juga: Gegara Proyek Kelebihan Bayar Rp8,3 Miliar, Kantor DPUPR Lebak Digeruduk Mahasiswa
Suhendi menambahkan, cuaca ekstrem sekarang diakibatkan karena musim kemarau basah. Hal itu menyebabkan perubahan cuaca yang sering terjadi.
Kemarau basah sendiri merupakan kondisi cuaca ketika hujan masih turun secara signifikan meskipun seharusnya sudah memasuki musim kemarau, yang biasanya ditandai dengan cuaca kering dan panas.
“Tetap waspada dan hati-hati terhadap timbulnya bencana hidrometeorologi seperti cuaca ekstrim, angin kencang, petir, banjir, pohon tumbang, tanah longsor dan sebagainya karena penyebab musim kemarau basah,” pungkasnya. (***)