BANTENRAYA.COM — Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) resmi memasuki fase baru setelah menetapkan Risyad Fahlefi dan Patra Dewa sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal periode 2025–2028.
Keduanya terpilih secara aklamasi dalam Kongres XXII yang digelar di Gedung Merdeka, Bandung, pada Selasa (29/7/2025) lalu.
Pemilihan tanpa perlawanan ini menjadi penanda penting bagi GMNI, yang sebelumnya sempat diguncang dinamika internal. Dalam forum yang dihadiri 85 DPD dan DPC definitif serta 14 caretaker, suasana riuh penuh semangat mengiringi ketukan palu aklamasi yang menandai dimulainya era kepemimpinan baru.
Meski dalam proses menuju aklamasi tak lepas dari gejolak. Namun, GMNI lebih memilih persatuan dan kedamaian yang membuat kongres kembali dilanjutkan dengan tertib.
Setelah menyelesaikan pembahasan arah gerak organisasi dan pemilihan pimpinan sidang komisi, forum sepakat memilih Risyad–Patra untuk memimpin GMNI ke depan.
Keduanya dinilai mampu menjembatani perbedaan dan membawa GMNI kembali ke garis ideologisnya.
Baca Juga: Dukung Penertiban Pedagang, Gubernur Banten Andra Soni Tinjau Pasar Induk Rau
Dalam pidato perdananya, Risyad menekankan bahwa amanah yang ia emban bukan soal kemenangan pribadi, melainkan bentuk kepercayaan kolektif dari seluruh kader.
“Kami hadir bukan untuk menggantikan siapa pun, tapi untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong di tubuh GMNI,” kata Risyad, mantan Presiden BEM Universitas Airlangga Surabaya.
Risyad menyebut, di tengah tantangan zaman dan fragmentasi internal, GMNI butuh arah baru yang berani, tapi juga terbuka dan menyatukan. Ia mengajak seluruh elemen organisasi, termasuk yang tidak hadir dalam kongres, untuk kembali bergandeng tangan membangun gerakan.
Baca Juga: Pemkot Cilegon Enggan Jor-joran Belanja Infrastuktur, Ini Alasannya
“Kami akan datang, bukan menunggu. Tidak boleh ada satu pun kader yang merasa ditinggalkan oleh organisasinya,” ujarnya.
Di sisi lain, Patra Dewa sebagai Sekretaris Jenderal menegaskan bahwa prioritas awal mereka adalah konsolidasi internal. Ia mengajak seluruh kader untuk meninggalkan ego sektoral dan kembali membangun rumah ideologis yang kuat.
“GMNI tidak butuh rivalitas internal. Kita butuh keberanian untuk duduk bersama dan menyusun ulang arah juang,” ujar Patra.
Baca Juga: Bukan Hanya Bagi-bagi Tanah, Andra Soni Dorong Reforma Agraria Bermanfaat Nyata untuk Masyarakat
Ia juga mengingatkan bahwa kekuatan GMNI bukan hanya pada sejarahnya yang panjang, tetapi pada kemampuannya untuk terus beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan identitas ideologis.
“Di tengah krisis demokrasi dan ketimpangan sosial, GMNI harus hadir sebagai gerakan moral-politik yang berpihak,” tegasnya.
Keduanya sepakat bahwa era kepemimpinan ini harus menjadi momentum transformatif—membangun GMNI yang tidak hanya solid di internal, tapi juga relevan di tengah dinamika nasional.
“Ini bukan soal siapa yang memimpin, tapi bagaimana kita semua kembali percaya bahwa GMNI adalah rumah bersama,” tutup Patra Dewa.***