BANTENRAYA.COM – Menjadi pewaris bisnis tidak semudah yang dibayangkan, apalagi harus menjaga visi dan misi perusahaan agar tetap memiliki tujuan sama.
Anthony Salim merupakan pengusaha di Indonesia yang merupakan putra dari pendiri Salim Group, Sudono Salim.
Pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah itu lahir pada 25 Oktober 1949, dan baru diminta untuk mengelola bisnisnya pada tahun 1972 setelah ia lulus kuliah.
BACA JUGA: Keunggulan iPhone 17 yang Cocok untuk Semua Pengguna
Pada tahun 1990 an Anthony Salim dipercaya sebagai CEO Salim Group dan mengubah struktur strategi bisnis dari perusahaan dagang ke konglomarasi.
Ekosistem bisnis rantai pasok dari hulu ke hilir, dengan mengoptimalkan skema bisnis pada setiap sektornya, menjadi kekuatan besar Salim Group yang mampu membuat bisnisnya bertahan lebih dari setengah abad di Indonesia.
Gurita bisnis Salim Group menjadi yang terbesar di Indonesia, berawal dari penggilingan tepung terigu berskala raksasa, bisnis manufaktur mobil, penyiaran televisi, hingga petrokimia.
Dari sejumlah sektor yang berjalan tersebut, yang memiliki akar paling kuat adalah pada sektor bahan baku yang terkoneksi sampai ke tangan pembeli.
Pada bagian hulu, produksi bahan baku akan terintegrasi di Indofood Sukses Makmur (INDF) dan Indofood CBP (ICBP), pasokan sawit melalui Salim Ivomas Pratama (SIMP) LSIP, PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), sementara pada bagian etalase retil yang dikelola Indo Ritel.
Bisnis yang mengakar dari bos Indofood tersebut juga dibuktikan kekuatan bisnis sektor lain, antara lain di energi melalui kepemilikan Grup Salim di PT Medco Energi International Tbk (MEDC).
Di perusahaan yang dikomandoi oleh Arifin Panigoro ini, sebanyak 21,46 persen sahamnya dimiliki oleh perusahaan Singapura bernama Diamond Bridge yang juga dimiliki oleh Keluarga Salim.
Portofolio investasi Grup Salim selanjutnya adalah di emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang didirikan oleh Otto Sugiri. Untuk diketahui, DCII merupakan salah satu perusahaan yang fenomenal di pasar modal Tanah Air.
Sebelumnya Grup, Salim melalui Anthony Salim memiliki saham DCII sebanyak 72,29 juta saham, namun pada akhir Mei 2021, Anthoni Salim menambah kepemilikannya dengan memborong 192,7 juta saham DCII dengan modal sampai Rp1 triliun sehingga kepemilikannya menjadi 11,12 persen.
Jika dihitung, semua emiten yang berhubungan dengan Grup Salim baik langsung maupun tidak langsung, baik yang kepemilikannya hanya di bawah 10 persen hingga lebih dari 75 persen nilai kapitalisasi pasarnya mencapai ribuan triliun dan memiliki porsi signifikan atas total kapitalisasi pasar di IHSG.***