BANTENRAYA.COM – Tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional atau HSN, tidak hanya oleh santri namun oleh seluruh rakyat Indonesia.
Perayaan HSN sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi besar para santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan Rebuplik Indonesia.
Bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren, dipastikan memiliki pengalaman yang tidak bisa dilupakan.
Salah satunya, Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kabupaten Serang Ahmad Muhibbin yang mengaku memiliki banyak cerita saat belajar pesantren.
BACA JUGA: Perbup Jam Operasional Truk Galian C di Lebak Resmi Terbit, Ancaman Ini yang Menanti Pelanggar
Alumni Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Gintung Tangerang ini menceritakan ritme kehidupan di pesantren sangat teratur, dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi.
“Bangun sebelum subuh, mengaji, sekolah formal, kegiatan sore, dan ngaji malam. Ada istilah ‘bel sekian’ yang mengatur seluruh aktivitas santri,” ujarnya, Rabu 22 Oktober 2025.
Para santri kata Muhibbin, sering belajar di masjid atau kelas pada malam hari dan duduk beralasakan tikar dengan ditemani kopi sachet dan kitab kuning yang tak habis-habis dibaca.
“Meskipun lelah, tapi ada kepuasan tersendiri saat satu per satu materi bisa dikuasai. Bagi kami asrama jadi tempat ujian kesabaran dan persaudaraan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Ibin ini mengatakan, santri yang datang dari berbagai latar belakang memiliki hobi yang bemacam-macam, ada yang hobi nyanyi tengah malam, ada yang suka nitip cucian.
“Kita sering rebutan ember saat pagi tiba karena hanyaknya santri, tapi di situlah saya belajar arti ukhuwah atau persaudaraan yang sebenarnya,” tuturnya.
Pengalaman lain yang paling membekas yang pernah dialami anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Serang itu saat kegiatan Muhadharah atau latihan pidato yang dilaksanakan setiap pekan.
“Dulu rasanya grogi setengah mati saat maju ke depan. Tapi sekarang saya sadar, dari sanalah saya dilatih percaya diri dan bisa berbicara di depan umum,” katanya.
Kemudian setiap penghujung tahun ajaran saat perpisahan atau khataman tangis haru mewarnai para santri.
“Teman yang dulunya kita sebelin, jadi orang yang paling bikin kangenim. Semua terasa cepat berlalu dan tiba-tiba kita sudah jadi alumni,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan seperti Maulid, Muharram, Haflah Akhirussanah, atau tabligh akbar menjelang Ramadan juga meninggalkan kesan mendalam.
“Ada suasana religius, semangat, dan kekompakan yang tak tergantikan,” pungkasnya.***















