BANTENRAYA.COM – Influencer sekaligus komedian asal Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Andis Brighter memberikan tanggapan atas kasus yang terjadi di SMAN 1 Cimarga.
Baru-baru ini SMAN 1 Cimarga menjadi sorotan publik di media sosial (medsos) atas adanya kasus penamparan murid karena ketahuan merokok.
Atas kasus tersebut, Kepala SMAN 1 Cimarga dilaporkan oleh orang tua korban ke Polres Lebak karena melakukan tindak kekerasan terhadap anaknya.
BACA JUGA: DPP KNPI Siapkan Pendampingan Hukum untuk Kepsek SMAN 1 Cimarga yang Dilaporkan ke Polisi
Andis Brighter menyatakan dukungan terhadap Kepala SMAN 1 Cimarga Dini Fitria atas kasus penamparan murid yang ketahuan merokok.
“Saya mendukung ibu Kepala SMAN 1 Cimarga. Menampar siswa yang ketahuan merokok di sekolah bukanlah kekerasan terhadap anak, hal itu emang layak dan pantas dilakukan,” ujarnya dikutip dari Instagram @andisbrighter pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Kemudian dirinya menyatakan contoh dari tindak kekerasan terhadap murid apabila seperti memaksa murid bayar iuran Study Tour atau iuran lainnya di luar dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
“Kekerasan terhadap siswa itu kalau ga boleh ikut ujian karena ga boleh ikut ujian/KBM karena belum bayar SPP, ga boleh terima raport karena belum bayar SPP, memaksa murid bayar iuran Study Tour atau iuran lainnya di luar KBM,” tambahnya.
Andis Brighter mengungkapkan bahwa pernah ditampar guru karena ketahuan merokok di SMPN 3 Rangkasbitung, tapi saya tidak pernah membenci beliau.
“Saya pernah ditampar guru karena ketahuan merokok di SMPN 3 Rangkasbitung. Tapi saya tidak pernah membenci kepada beliau, malah menjadi kenangan yang lucu,” ungkapnya.
Selain itu, Andis Brighter juga mengungkapkan bahwa pernah dijambak oleh oknum guru di SMAN 3 Rangkasbitung karena rambutnya pernah gondrong dan tidak pernah menggunakan sepatu hitam.
“Saya juga pernah dijambak ketika SMA di SMAN 3 Rangkasbitung, karena rambut saya gondrong dan tidak pernah memakai sepatu hitam,” tambahnya dalam unggahan Instagram.
Akan tetapi, Andis Brighter mengungkapkan dari semua kejadian tindakan dari guru yang pernah dirasakan saat sekolah justru tidak pernah membuatnya benci kepada guru.
“Semua hal tersebut tidak pernah membuat saya benci kepada guru-guru saya. Kenangan itu abadi, lucu, dan sangat berkesan,” ucapnya.
“Dan sampai saya lulus sekolah, gak berani nyeritain hal itu ke orang tua, karena saya tau kalau saya cerita, maka hukumannya bakal lebih parah,” tutupnya. ***