BANTENRAYA.COM – Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu menyoroti kondisi Garuda Indonesia dan proyek kereta cepat Jakarta Bandung.
Said Didu menunggu arah kebijakan pemerintah yang akan dilakukan terhadap dua kondisi tersebut.
Said Didu ingin mengetahui apakah pemerintah akan menyelamatkan Garuda Indonesia untuk kembali bangkit atau lebih memiliki kereta cepat Jakarta Bandung.
Baca Juga: Jaringan Listrik Diputus, Pengelola THM JLS Gunakan LSM Lobi PLN
“Kebijakan itu pilihan. Mari kita tunggu apakah pemerintah memilih : 1) menyelamatkan Garuda dg persyaratan bhw hrs dibersihkan dan harus bangkit lagi ATAU 2) menyelematkan kereta api cepat China yg hampir bisa dipastikan tdk akan menguntungkan selamanya. Meri menunggu,” tulis akun Twitter @Msaid_didu, Minggu 31 Oktober 2021.
Seperti diketahui, Presiden Jokowi baru-baru ini mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2021.
Perpres itu merupakan perubahan atas Perpres Nomor 107 Tahun 2015 mengenai Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana kereta cepat Jakarta Bandung.
Baca Juga: 10 Pantun untuk Memperingati Hari Pahlawan 10 November, Singkat dan Penuh Makna
Salah satu poin utama dalam Perpres 93 Tahun 2021 adalah kini proyek kereta cepat Jakarta Bandung bisa didanai APBN melalui penyertaan modal negara melalui BUMN yang terlibat.
Sorotan terkait kereta cepat juga dilayangkan anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Fadli Zon.
Melalui unggahan di akun Twitter @fadlizon dikatakan jika sejak awal proyek kereta cepat Jakarta Bandung sudah bermasalah.
Baca Juga: Chord atau Kunci Gitar Lagu November Rain Guns N Roses
“Proyek kereta cepat sejak awal sdh bermasalah. Tak ada urgensi tapi dipaksakan. Lalu biaya membengkak seenaknya, mangambil APBN,” katanya.
Dituliskannya juga jika apa yang terjadi itu bisa disebut sebagai skandal dan perlu diinvestigasi.
“Ini bisa dibilang sebuah skandal. Harus ada investigasi serius,” ungkapnya.
Baca Juga: Chord atau Kunci Gitar Lagu November Rain Guns N Roses
Sebelumnya, Eks Komisaris PT Garuda Indonesia Tbk, Peter Gontha berbicara terkait nasib perusahaan pelat merah tersebut.
Saat ini kondisi keuangan maskapai penerbangan PT Garuda Indenesia TBk, sedang tidak baik.
Bahkan ia menyebut penyertaan modal negara atau PMN pun sama halnya seperti buang garam ke laut.
Baca Juga: Simak! 5 Cara agar Cepat Tidur Malam Bagi Penderita Insomnia
“Saya dipaksa menyetujui penarikan Rp1 triliun dari Rp7 triliun yang dijanjikan,” tulis akun Instagram @petergontha.
“Saya akhirnya tandatangan tetapi saya tahu itu sama dengan buang garam ke laut,” imbuhnya.
Peter Gontha mengungkapkan, dirinya telah mengatakan bahwa untuk satu-satunya cara untuk menyelamatkan Garuda Indonesia adalah dengan negosiasi.
Baca Juga: PO Rosalia Indah Ternyata Miliki Delapan Kelas Armada, Berikut Rinciannya
“Sejak februari 2020 sudah saya katakan satu-satunya jalan adalah nego dengan para lessor asing yang semena-mena memberikan kredit pada Garuda selama 2021-2016,” katanya.
Akan tetapi, usulan itu tak direspons para direksi bahkan Peter Gontha mengaku memiliki bukti jejak digital.
“Di situpun saya dimusuhi. Saya minta berhenti bulan februari 2021 karena saya tidak ada guna saya di Garuda dan masih digaji terus dan dianggap selalu menghambat dan terlalu keras,” paparnya. ***