BANTENRAYA.COM – Maraknya fenomena boti atau laki seks laki belakangan ini sangat mengkhawatirkan.
Apalagi, hal ini juga terjadi di Provinsi Banten. Kasus yang terungkap pun diyakini hanya merupakan fenomena gunung es, di mana kasus riilnya bisa melebihi dari yang terungkap.
Sebelumnya, pada Februari 2025 di Jakarta Selatan polisi menggerebek 56 lelaki yang menggelar pesta seks sesame jenis.
Baca Juga: Persiapan Budaye Cilegon Fest 2025 Terus Digeber, Peserta Penari Bakal Diseleksi Ketat
Pada Mei 2025 di Jakarta Selatan polisi kembali menggerebek 9 lelaki yang menggelar pesta seks sesame jenis.
Lalu pada awal Juli 2025 di Kawasan Bogor, Jawa Barat, juga terjadi pesta seks sesame jenis yang melibatkan 75 lelaki.
Koordinator program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Banten Arif Mulyawan mengatakan, boti atau laki seks laki adalah kelompok resiko tinggi yang rentan terinfeksi HIV AIDS. Laki seks laki berbeda dengan gay atau homoseksual.
Baca Juga: Mulai Juli 2025! UMKM Resmi Bisa Berjualan di Stadion Geger Cilegon, Ini Persyaratannya
“Kalau gay atau homoseksual cenderung saling setia dan tidak berganti pasangan. Sementara laki seks laki lebih cenderung saling berganti ganti pasangan,” kata Arif, Minggu (6/7/2025).
Meski demikian, kata Arif, baik gay atau homoseksual atau laki seks laki semuanya adalah kelompok berisiko terinfeksi penyakit infeksi menular seksual (IMS) bahkan hingga HIV AIDS yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya. Penularan HIV AIDS sendiri di Provinsi Banten banyak dipicu oleh perilaku laki seks laki.
“Di Provinsi Banten faktor risiko penularan HIV AIDS cukup tinggi dari faktor resiko laki seks laki,” katanya.
Baca Juga: Bukan Lagi Diam! Warga Cimarga Long March Tolak Tambang Pasir yang Merusak Lingkungan
Arif menjelaskan alasan mengapa laki seks laki memicu tingginya kasus HIV AIDS. Ini terjadi karena minimnya pendidikan seks yang diajarkan di sekolah. Bahka, pendidikan seks masih dianggap sebagai hal yang tidak benar. Membicarakan persoalan seks juga saat ini masih dinilai tabu oleh sebagian besar kalangan masyaralat.
“Juga masih banyak yang salah tafsir tentang istilah seks,” katanya..
Dari delapan kabupaten kota di Provinsi Banten, daerah Tangerang Raya merupakan wilayah dengan jumlah boti paling banyak di Banten. Kasus HIV juga banyak terjadi di Tangerang Raya, meski di setiap kabupaten kota di Banten temuan kasus laki seks laki juga sangat tinggi
Baca Juga: Rumahnya Ambruk, Satu Keluarga di Lebak Tinggal di Tenda Darurat Selama Dua Bulan
Orientasi perilaku seks menyimpang ini sudah sangat menghawatirkan karena tidak hanya terjadi di kalangan dewasa, melainkan sudah masuk di kalangan anak-anak mulai dari SD hingga SMA. Faktor utama ketahanan keluarga sangat lemah dan tabu terkait pendidikan seks,” ujar Arif.
Berdasarkan data KPA Provinsi Banten, hingga tahun 2022 telah ditemukan 15.096 kasus HIV AIDS di Provinsi Banten.
Tren penularan HIV saat ini melalui hubungan seksual. Hal ini berbeda dengan kasus penularan HIV pada tahun-tahun awal di mana saat itu penularan terjadi dari penggunaan jarum suntik.
Baca Juga: Ada yang dari Birokrat hingga Wartawan, KAHMI Siap Bantu Bangun Kabupaten Lebak
Sementara tren penularan HIV melalui hubungan seksual, paling banyak dari kelompok berisiko laki seks laki.
Adapun jumlah LSL di Provinsi Banten diperkirakan mencapai 21.136 orang yang tersebar di delapan kabupaten kota dengan rincian di Kabupaten Serang 4.786 orang, Kota Cilegon 2.117 orang, Kota Serang 2.183 orang, Kabupaten Tangerang 4.480 orang, Kota Tangerang 3.061 orang, Kota Tangerang Selatan 2.706 orang, Kabupaten Lebak 921 orang, dan Kabupaten Pandeglang 882 orang. ***