BANTENRAYA.COM – Pilkada Banten 2024 menjadi panggung pertempuran politik yang sarat warna, menampilkan berbagai kekuatan politik yang bersaing dalam satu arena.
Pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah (Andra-Dim), yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM), tampil sebagai kandidat yang diunggulkan.
Namun, meski menunjukkan keunggulan mereka, tantangan dan ujian besar masih menghadang, karena kekuatan dan kerentanan koalisi pendukung Andra-Dim serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil Pilkada.
Dosen Ilmu Pemerintahan di Fakultas Hukum dan Sosial Universitas Mathla’ul Anwar Banten, Eko Supriatno menilai, koalisi pendukung Andra-Dim melibatkan sebuah aliansi partai politik dengan kepentingan yang bervariasi.
Baca Juga: PMI dan Tagana Buka Posko Dapur Umum, 1000 Paket Nasi Dibagikan untuk Warga Bagendung
Partai pengusung itu yakni Gerindra, PKS, Demokrat, NasDem, PKB, PAN, PPP, PSI, Garuda, dan PSI.
“Dukungan luas ini memang memberikan keunggulan strategis kepada Andra-Dim, tetapi jangan terkecoh oleh anggapan bahwa Pilkada Banten adalah formalitas semata. Otto von Bismarck pernah menyatakan bahwa politik adalah seni kemungkinan, karenanya menganggap Pilkada Banten sudah pasti dimenangkan tanpa pertimbangan lebih jauh adalah pandangan yang naif. Politik seringkali mengejutkan, dan dinamika koalisi Andra-Dim adalah contoh nyata dari ketidakpastian tersebut,” kata Eko, Jumat 20 September 2024.
Kata Eko, Koalisi Indonesia Maju (KIM), sebagai entitas politik, lebih didorong oleh pragmatisme ketimbang ideologi yang kokoh.
Baca Juga: Geger Pria dengan Fetish Ikat Lakban Beraksi di Lebak, Direkam hingga Diperjualbelikan
Di tengah kepentingan jangka pendek yang mendominasi, koalisi ini tampak berusaha merangkul berbagai spektrum politik untuk meraih posisi strategis.
“Meskipun ideologi seharusnya menjadi fondasi kekuatan politik, KIM lebih mengedepankan kebutuhan mendesak untuk memenangkan Pemilu. Konfigurasi ini menciptakan sebuah koalisi yang mungkin tidak stabil dan rentan terhadap ketidakpastian,” ujarnya.
Menututnya, soliditas koalisi menjadi isu utama, terutama dengan kehadiran tokoh-tokoh politik yang dekat dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Baca Juga: Nonton DNA Lover Episode 11 Sub Indo Full Movie Bukan Bilibili: Jung In Sun Hindari Choi Siwon
Dukungan ini memberikan legitimasi tambahan kepada koalisi, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana koalisi ini bisa mempertahankan independensinya.
“Apakah kehadiran elite politik tersebut justru memperkuat kekuatan, atau malah menambah kerentanan terhadap pengaruh eksternal yang dapat menggoyahkan stabilitas koalisi?,” terangnya.
Masih kata Eko, KIM merupakan contoh nyata dari koalisi lintas-ideologi, yang mengandung risiko inheren terkait inkonsistensi dan ketidakpastian arah kebijakan. Ketika ideologi tidak menjadi pondasi yang kuat, koalisi sering kali menghadapi tantangan serius dalam menjaga kesolidan dan kesatuan visi.
“Dalam praktiknya, perbedaan mendasar antara anggota koalisi sering mengarah pada perpecahan internal, berpotensi menghancurkan kohesi yang sudah dibangun,” ujarnya.
Meskipun KIM telah menunjukkan komitmennya dalam proses pencalonan Pilkada, kata dia, kepastian mengenai calon yang akan diusung masih belum sepenuhnya matang.
Koalisi ini menunjukkan kesiapan, namun tahapan pencalonan Cakada yang akan datang memerlukan perhatian mendalam dan persiapan yang cermat untuk menghindari ketidakpastian di masa depan.
Baca Juga: Mewujudkan Keuangan Berkelanjutan, BRI Perkuat Implementasi ESG
“Analisis menggunakan Banzhaf Power Index menunjukkan bahwa dalam koalisi seperti KIM, setiap partai memiliki peran dan pengaruh yang berbeda. Walaupun beberapa partai mungkin memiliki kontribusi signifikan, kekuatan kolektif koalisi bergantung pada kemampuan masing-masing anggota untuk mempengaruhi hasil akhir. Indeks kekuatan ini membantu mengidentifikasi posisi strategis setiap partai dalam kerangka koalisi,” katanya.
Dikatakannya, komitmen dan kesetiaan dalam KIM harus diperkuat dengan perjanjian yang jelas dan jaminan dari semua pihak.
Tanpa adanya jaminan tersebut, stabilitas dan keberlanjutan koalisi bisa terancam.
Dukungan dari figur-figur yang dekat dengan Presiden Prabowo memberikan legitimasi tambahan, namun juga menimbulkan kekhawatiran tentang ketergantungan yang mungkin mengurangi kemandirian koalisi.
“Soliditas koalisi adalah kunci keberhasilan Andra-Dim. Koalisi ini menggabungkan partai-partai dengan kepentingan yang kadang bertentangan. Gerindra, sebagai pemimpin koalisi, sering dianggap dominan dalam menentukan arah politik dan strategi tim sukses. Dominasi ini dapat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan partai pendukung lainnya, memicu friksi internal yang dapat merusak harmoni koalisi. Politik adalah seni kemungkinan, dan dinamika internal koalisi bisa berubah sewaktu-waktu. Tuntutan untuk menjaga harmoni dan kesamaan persepsi antar anggota koalisi menjadi tantangan utama,” terangnya.
Baca Juga: Yuk Ikutan! Cisadane Run 2024 di Kota Tangerang, Menangkan Doorprize Puluhan Juta
Eko menilai, meskipun Andra-Dim didukung koalisi besar, pesaing utama mereka, Airin Rachmi Diany dan Ade Sumardi, menunjukkan peluang signifikan.
Airin, yang didukung oleh PDIP, Golkar, Partai Buruh, Partai Gelora, Partai Ummat, dan PKN memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan survei.
Keputusan Golkar untuk mendukung Airin, setelah sempat diperkirakan bergabung dengan KIM, memperkuat posisi Airin dalam kontestasi.
Baca Juga: Bikin Malu Warga Serang, Pemotor Ini Buat Konten Tak Senonoh di Jembatan Bogeg
“Koalisi PDIP dan Golkar adalah kekuatan yang harus diperhitungkan, berpotensi mempengaruhi peta politik Pilkada Banten, dan membuat persaingan semakin ketat,” ujarnya.
Menurutnya, penunjukan artis sebagai ketua tim sukses adalah fenomena menarik dalam Pilkada 2024.
Raffi Ahmad, sebagai ketua tim sukses Andra-Dim, dan Cak Lontong untuk pasangan Pramono Anung-Rano Karno, menunjukkan penggunaan popularitas selebriti sebagai alat politik.
“Strategi ini adalah jalan pintas menuju popularitas dan pengumpulan massa. Artis, seperti Raffi Ahmad, memiliki daya tarik luas yang dapat meningkatkan eksposur calon secara signifikan. Namun, popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas. Artis yang menjadi ketua tim sukses harus memahami harapan dan cita-cita masyarakat lokal untuk memaksimalkan peran mereka dalam kampanye,” katanya.
“Pilkada Banten 2024 adalah arena yang menantang dan dinamis. Koalisi pendukung Andra-Dim, meskipun memiliki kekuatan dan dukungan luas, menghadapi tantangan signifikan terkait soliditas internal, potensi keretakan, dan persaingan yang ketat.
Penunjukan artis sebagai ketua tim sukses menambah dimensi baru dalam strategi kampanye, namun keberhasilannya bergantung pada adaptasi dengan konteks lokal dan pemahaman terhadap aspirasi masyarakat.
Baca Juga: Luar Biasa, Desi Sinta Hattrick Emas Gulat di Tiga Edisi PON
Dalam politik yang penuh dengan kemungkinan dan ketidakpastian, hanya waktu yang akan menentukan apakah Andra-Dim dan Koalisi Indonesia Maju dapat melewati ujian ini dan meraih kemenangan,” tambahnya. ***