BANTENRAYA.COM – Pemprov Banten masih memiliki pekerjaan rumah untuk mengatasi masalah stunting.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Banten, saat ini ada 35.405 anak yang menderita stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti mengungkapkan, data stunting didapatkan saat pengukuran dan penimbangan serentak yang dilakukan selama satu bulan pada Juni lalu.
Baca Juga: Drakor Red Swan Episode 7 dan 8 Sub Indo: Jadwal Tayang dan Link Nonton Full Movie Bukan Bilibili
Hasil pengukuran dan penimbangan yang dilaukan se-Provinsi Banten secara serentak pada 1 Juni sampai 30 Juni lalu ada 824.212 balita yang menjadi sasaran penimbangan dan pengukuran.
“Alhamdulillah kita bisa mencapai 100 persen,” ujarnya usai membuka kegiatan Pertemuan Evaluasi Lintas Sektor Kesehatan Ibu dan Anak Termasuk Masalah Gizi Angkatan II di Hotel Le Dian, Kota Serang, Kamis 18 Juli 2024.
Ati mengungkapkan, dari 824.212 balita yang menjadi sasaran penimbangan dan pengukuran, terdapat 267.000 anak balita di Provinsi Banten yang bermasalah gizi.
Baca Juga: Seorang Pria Niat Bantu Kucing, Endingnya Justru Tak Terduga hingga Buat Geregetan
Sementara dari 824.212 balita itu, 4,29 persen di antaranya atau 35.405 balita diketahui stunting. Meski ada 35.405 balita yang stunting.
Namun Ati mengatakan, bahwa jumlah itu masih berada di bawah target yang ditetapkan secara nasional.
“Alhamdulilah Banten melampaui target nasional,” katanya.
Baca Juga: Alfamart di Lebak Dibobol Maling, Uang di Brankas hingga Beras Dibawa Kabur
Ia mengungkapkan, anak stunting juga memiliki klasifikasi tersendiri. Ada stunting dengan gizi buruk, stunting dengan gizi kurang.
Kemudian stunting dengan potensi gizi lebih, stunting dengan gizi lebih, stunting dengan obesitas, dan stunting dengan gizi baik.
Dari beberapa kriteria anak stunting itu, yang akan diintervensi atau menjadi prioritas adalah balita stunting dengan gizi buruk dan gizi kurang.
“Dari 35.405 anak stunting hanya ada 6.057 anak stunting dengan gizi buruk dan gizi kurang,” ungkapnya.
“Sisanya paling banyak di atas 20.000 lebih stunting dengan gizi baik. Selebihnya stunting dengan obesitas dan stunting dengan gizi lebih,” kata Ati.
Dakhlan Choeron dari Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes RI mengatakan, intervensi pada balita harus dilakukan secara tepat atau sesuai dengan kebutuhan balita.
Intervensi pada balita tidak hanya dilakukan kepada balita stunting melainkan juga balita yang berat badannya tidak stagnan atau naik tapi masih di bawah normal.
Sebab bila anak-anak ini tidak diperhatikan gizinya, maka anak-anak ini bisa berpotensi menjadi anak stunting.
Selain itu, perlu juga mengedepankan makanan sehat lokal sebagai makanan tambahan bagi balita, bukan makanan cepat saji yang dibeli di warung ritel modern. ***