BANTENRAYA.COM – Usaha pembuatan sepatu di Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran kian merosot karena masih terdampak pandemi Covid-19.
Selain masih terdampak pandemi Covid-19, usaha yang makin merosot juga disebabkan karena perajin tidak memahami penjualan online.
Perajin Sepatu Muhdi mengatakan, pihaknya belum memahami terkait penjaualan online yang marak digunakan oleh para pelaku usaha terimasuk perajin sepatu.
Baca Juga: Sempat Hancur Diterjang Angin, Rutilahu di Kibin Selesai Diperbaiki
“Pas Covid-19 itu tidak boleh kemana-mana, terus saya harus jualan secara online tapi saya belum bisa maksimal dan belum tau caranya,” ujar Muhdi saat ditemui di tempat usahanya, Rabu 28 Agustus 2024.
Ia menjelaskan, produksi sepatu saat ini berbanding terbalik dengan produksi yang dilakukan sebelum adanya Covid-19. “Sebelum Covid-19 per hari bisa produksi 50 sampai 100 pasang, tapi kalau sekarang harus nunggu ada yang pesen dulu, kadang satu pekan cuman enam pasang doang,” katanya.
Namun ia mengaku akan terus berusaha untuk bangkit agar usaha sepatunya bisa berkembang dan semakin banyak dikenal masyarakat luas.
Baca Juga: Antisipasi Kekeringan, BPP Pontang Siagakan Pompa Air
“Saya lagi mencoba untuk bangkit lagi karena sepatu saya sudah menjadi kebanggaan Kecamatan Pabuaran dan suka ikut pameran kalau ada event pemerintah,” ungkapnya.
Muhdi mengaku masih beruntung karena walaupun usaha pembuatan sepatunya semakin meredup namun masih ada bantun alat dari pemkab Serang.
“Kalau support pemerintah sih sudah cukup membantu ya, dari Pemkab Serang saja sering menyediakan alat dan bahannya,” paparnya.
Baca Juga: Helldy Siap Gaspol Usai Pendaftaran, Kejar Kemenangan 50 Persen Suara di Pilkada
Ia mengungkapkan, pihaknya membuat berbagai macam jenis sepatu, mulai untuk acara kantor, acara pesta, sekolah, hingga sepatu olahraga.
“Untuk harga menyesuaikan dengan modelnya, kalau bahan sepatu biasa itu masih di bawah Rp100 ribu, tapi kalau bahannya kulit bisa Rp300 ribu bahkan lebih,” tuturnya.***