BANTENRAYA.COM – Sejauh ini banyak sekali lulusan SMK hingga Sarjana belum juga mendapatkan pekerjaan pasti, hingga akhirnya Kemenaker Ida Fauziyah menilai beberapa faktor penyebab pengangguran.
Lantas seperti apa sih faktor penyebab pengangguran disebutkan Kemenaker tersebut?
Yuk simak artikel ini dikutip Bantenraya.com dari berbagai sumber, ia menuturkan jika cenderung tinggi pengangguran terbanyak justru berasal dari lulusan pendidikan yang lebih tinggi seperti SMA/SMK, hingga lulusan S1 atau sarjana.
Baca Juga: Tak Cukup Sekali, Pemuda Lampung Selatan Ini Tega Memperkosa Ibu dan Adik Kandungnya Usia 7 Tahun
Bahkan ia menyampaikan, jika penduduk bekerja justru terisi oleh pekerja dengan waktu penuh, sektor informal dan lulusan SMP ke bawah.
“Pekerja di Indonesia ini diisi oleh tenaga kerja dengan pendidikan SMP ke bawah. Sementara kalau kita lihat profil ketenagakerjaan kita, yang menganggur justru yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, yaitu SMA/SMK, diploma, dan sarjana. Ini tantangan tersendiri,” ujarnya keterangan resmi Kemenaker, 28 Desember 2022.
Menurutnya persoalan yang tengah terjadi adalah ketidak sesuaian kompetensi para lulusan tersebut dengan dunia kerja saat ini, sehingga pengangguran itu masih banyak ditemui.
Baca Juga: CERITA LENGKAP Film Danur 3 Sunyaruri Program Movievaganza Trans 7 Rabu, 28 Desember 2022
“Nah kemudian di bawahnya itu adalah diploma dan sarjana. Masih banyak sarjana yang tidak bisa atau masih menganggur karena ada missmatch,” tuturnya.
“Tidak ada link and match. Kebutuhan pasar industri tidak sama dengan kompetensi yang dimiliki oleh adik-adik kita yang lulusan SMK, SMA dan diploma,” imbuhnya.
Sementara itu melalui Peraturan Presiden (Perpres) No.68/2022 sebagai bagian dari UU Cipta Kerja, pemerintah telah mulai melakukan revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi sehingga berorientasi pada kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, sehingga nantinya lulusan dapat lebih terserap.
“Jadi Bapak Presiden melihat itu dengan dikeluarkannya Perpres No. 68/2022 sebagai bagian dari kerangka regulasi UU Cipta Kerja yang isinya poin penting dari Perpres itu berorientasi pada kebutuhan dunia usaha, dunia industri, dunia kerja, dan kewirausahaan. Tadi kenapa yang menganggur itu pendidikannya tinggi karena tidak berkesesuaian dengan kebutuhan pasar kerja,” ujarnya.
Baca Juga: Lagi Viral nih… Ramai BRIN VS BMKG, Berikut Ini Penyebabnya
Dengan revitalisasi tersebut, nantinya pendidikan dan pelatihan vokasi bisa menjawab dunia usaha dan dunia industri.
Disis lain menurut dara Badan Pusat Statistik per Agustus 2022, jumlah angkatan kerja sebanyak 143,72 juta orang, naik 3,57 juta orang dibanding Agustus 2021.
Sedangkan penduduk yang bekerja sebanyak 135,30 juta orang, naik sebanyak 4,25 juta orang dari Agustus 2021.
Baca Juga: Terungkap! ini Awal Mula Menantu Selingkuh dengan Mertua, dari Nganterin Makan Sampai Ngamar
Adapun, jumlah pengangguran tercatat sebanyak 8,42 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 5,86 persen.
Artinya, dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar enam orang penganggur.
Pada Agustus 2022, TPT tamatan Sekolah Menengah Kejuruan masih merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 9,42 persen.
Baca Juga: Kapan Film Danur 3 Sunyaruri Tayang di Trans 7? Ini Jadwal Tayang dan Sinopsisnya
Kemudian diikuti oleh SMA sebesar 8,57 persen, kemudian SMP (5,95 persen).
Selain itu, TPT dari jenjang Diploma IV, S1, S2, dan S3 menyumbang 4,80 persen, Diploma I/II/III menyumbang 4,59 persen.
Adapun, TPT yang paling rendah adalah pendidikan SD ke Bawah, yaitu sebesar 3,59 persen.***
















