BANTENRAYA.COM – Peristiwa berdarah yang memakan para Jenderal di tahun 1965 merupakan tindakan yang didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Anggota PKI yang membunuh para Jenderal kepercayaan Soekarno adalah anak buah dari pemimpin yang menoreh sejarah kelam yaitu Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih dikenal DN Aidit.
Para Jenderal dari tubuh Angkatan Darat sengaja dibantai demi kepentingan DN Aidit dan anggota PKI lainnya untuk memenuhi misi mereka terhadap Soekarno.
Baca Juga: Sosialisasi Raperda Provinsi Banten Tentang APBD Tahun Anggaran 2023
Dipa Nusantara Aidit semasa kecil memiliki nama Achmad Aidit yang lahir di Belitung pada 30 Juli 1923.
Semasa kecil dirinya dikenal sebagai orang yang taat beragama, karena lingkungan Achmad tidak terlepas dari perkara akhirat.
Uniknya dimasa kanak-kanak Achmad dikenal sebagai muadzin sama dilingkungannya karena memiliki suara yang lantang dengan artikulasi yang jelas.
Baca Juga: Sinopsis Preman Pensiun 6 Episode 29, 28 September 2022: Didu Salam Olahraga dengan Yayat
Setelah tumbuh besar, dirinya pergi ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikanya yang berawal dari Hollandsch Inlandsche School (HIS) dikampungnya menuju ke Meer Uitgebreid Laager Onderwijs (MULO).
Sesampainya disana ternyata dari MULO sudah menutup pendaftaraan yang menyebabkan dirinya bersekolah di Middestand Handel School (MHS) yaitu sekolah dagang.
Karena kegemaranya dalam organisasi Achmad menjadi Persatuan Timur Muda (Pertimu).
Baca Juga: Pekerja Bangunan di Gudang Obat Dinkes Cilegon Kesetrum, Evakuasi Sempat Menegangkan
Disitulah Achmad menjadi lebih dekat dengan tokoh-tokoh nasioanal seperti Soekarno, Sukarni, Chaerul Saleh dan lain-lain.
Bergabungnya Achmad dalam tokoh-tokoh nasional membuat dia merubah namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit.
Aidit pertama kali bertemu dengan cikal bakal Wakil Ketua Commite PKI yaitu Lukman saat dirinya melanjutkan kuliah di asrama Menteng 31.
Setelah merdekanya Indonesia Aidit dan Lukman memiliki teman akrab yang lain dan menjadi pengelola majalah Bintang Merah milik PKI yaitu Njoto.
Tiga serangkai sama-sama memiliki tujuan untuk mengembangkan paham Komunis di Indonesia.
Tahun 1948 tokoh Musso selaku ketua PKI waktu itu telah kembali dari dari Uni Soviet yang membuat Aidit dan kawan-kawan semakin optimis bahwa peegerakanya akan maju.
Namun sayang pemberontakan PKI Madiun 1948 membuat Aidit menjadi Buron, tetapi dua tahun kemudian dirinya muncul kembali dan berhasil menegakan kejayaan partai.
Baca Juga: Witan Sulaeman Ajak Istri Rayakan Kemenangan atas Curacao, yang Jomblo Jangan Baper
Singkat cerita PKI telah dipimpin Aidit dan berhasil masuk kedalam lingkaran pemerintahan Soekarno.
Awal kemerdekaan tubuh militer ikut campur dalam urusan politik dan pemerintahan, meskipun mereka beranggapan tidak sepenuhnya menguasai tetapi tidak juga apatis dengan kata lain lebih memilih sikap jalan tengah.
Hal itu yang membuat Soekarno khawatir karena dengan unggulnya kekuatan militer dalam politik membuat nama dirinya menjadi kalah ditengah kepercayaan masyarakat.
Makanya sang Proklamator membutuhkan elemen yang bisa menyeimbangi militer demi melancarkan pilar kekuasaanya yaitu Nasakom, (Nasionais, Agama dan Komunis).
Perlu dicatat kenapa PKI dijadikan penyeimbang kekuasaan Soekarno? Karena pada era perang dingin Indonesia lebih condong ke Uni Soviet dengan paham Komunisnya sedangkan ditubuh militer lebih berpihak kepada Amerika Serikat karena dianggap lebih Kapitalis.
Mari lanjut, memasuki tahun 1965 tepatnya pada bulan Agustus dikabarkan kesehatan Soekarno mulai menurun yang membuat kehawatiran di PKI karena mereka beranggapan bahwa Presiden pertama Indonesia itu meninggal maka militer akan mengambil kekuasaan bahkan diisukan akan mengkudeta pada tanggal 5 Oktober 1965.
Baca Juga: Viral! Seorang Pemuda Menyambut AHY dengan Kaos Puan Maharani, Pemuda: Selamat Datang Pak
PKI mendapat laporan itu dari biro khusus yaitu Sjam yang berada dilingkaran Istana kepresidenan.
Ditambah waktu itu PKI mengajukan proposal untuk membentuk angkat ke V yang berisikan anggota buruh dan tani untuk dipersenjatai, bahkan dari Tiogkok siap membagikan 100 ribu pucuk senjata ringan apabila angkatan ke V terbentuk.
Namun usulan tersebut tidak disetujui para Jenderal ditubuh angkatan darat yang waktu itu sebagai kaki tangan bung Karno.
Baca Juga: PLD 2022 Dibuka hari ini! Berikut Link Pendaftaran dan Syarat Lengkapnya
PKI terus melancarkan propagandanya bahwa militer dituduh telah membuat dewan Jenderal yang bertujuan akan mengkudeta Soekarno pada 5 Oktober 1965.
Rencana tersebut menurut PKI harus digagalkan dengan membentuk pasukan khusus yang bekerja sama dengan Letkol Untung dari Tjkrabirawa karena dianggap Untung lebih berpihak kepada PKI.
Tragedi penculikan kepada para Jenderal dilancarkan PKI dengan menamai gerakanya adalah G 30 S PKI.
Baca Juga: Link Nonton Film Penumpasan G30S PKI Tayang di Trans7 Hari Ini 28 September 2022
Mereka menculik dan membunuh para Jenderal dan dimasukan kedalam sumur tua dikawasan Lubang Buaya.
Jenderal yang menjadi korban penghianatan PKI diantaranya, Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal M.T. Haryono, Kapten Pierre Tendean, Letnan Jenderal S Parman, Mayor Jenderal D.I. Panjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo dan Letnan Jenderal Anumerta Suprapto.
Mereka bertujuh ditemukan pada 4 Oktober 1965 selang sehari sebelum hari angkatan bersenjata. ***