BANTENRAYA.COM – Pengusaha di Kota Cilegon mengak masih rugi membuka bisnis biliar. Hal itu, karena pasar atau konsumen yang sulit diprediksi.
Feri salah satu pemilik usaha biliar Kawan Biliar di Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon mengaku, secara keuntungan masih sangat rugi meski omset atau pendapatan cukup besar mencapai rata-rata Rp150 juta per bulan atau Rp5 juta per hari.
Kerugian tersebut karena antara kebutuhan pembiayaan operasional besar dan belum bisa ditutupi dari pendapatan.
BACA JUGA: Program Bang Andra Prioritaskan Akses Pertanian, Siapkan Rp5 Miliar untuk JUT Wanasalam
“Kurang lebih di Rp4 juta sampai Rp5 juta bisa kurang bisa lebih. itu full (tidak libur red), tadinya hitungan kami per hari 10 juta ternyata setengahnya, sudah mulai down, tidak sesuai ekspektasi. Sebetulnya ketika ditanya pendapatan yah masih minus, terus terang karena kita punya anggaran tersendiri buat mengembalikan modal (pinjaman-red), bisa tidak bisa harus mengembalikan uang segitu,” jelasnya, Rabu 24 September 2025.
Feri menambahkan, belum lagi pajak 10 persen yang disetorkan ke daerah cukup tinggi dan juga yang disetorkan ke pusat 0,5 persen sangat membebani.
Sebab, hitungan pajak dari omset. Pemerintah tidak tahu jika ada pengeluar listrik, bayar karyawan dan operasional lainnya.
“Lalu pajak daerah besar 10 persen, namanya pajak (pemerintah-red) tidak mau tahu menahu karena tahunya dari omset. Kita banyak pengeluar listrik karyawan dan mengembalikan modal. Orang pajak tidak berpikir kita balik modal hanya berfikir kita punya omset. Semua pelaku usaha harus balik modal dulu baru bicara keuntungan dan ini dimata kita masih minus,” ujarnya.
Feri menyampaikan, mengeluarkan investasi modal sebesar Rp3 miliar bersama dengan 6 koleganya. Ia memprediksi dengan target pendapatan Rp10 juta per hari maka dalam hitungan 2 tahun saja sudah balik modal.
Namun, karena tidak sesuai ekspektasi dan analisa, terutama soal konsumen maka rata-rata pendapatan per hari hanya mencapai rata-rata Rp5 juta dan perkiraan balik modal sampai 4 tahun.
“Kita bikin bisnis biliar dari nol, ini karena kita lihat market, dimana kita perhatikan marketnya lagi meningkat. Sebenarnya background kita ritel. Ini karena ritel menurun karena penyebabnya banyak, lalu kok di bidang olahraga ramai, lalu berpikir besar teman-teman kita tidak ada besic ini bagaimana caranya, karen kita gambling karena mau buka usaha itu kita gambling justru salah spekulasi dari awal. Kenapa saya bilang salah, kita pikir biliar buka jam (pukul-red) 11.00 sampai jam 03.00 subuh. Artinya ada 16 jam kita menghitung perkiraan omsetnya 16 jam, ternyata ramainya malam hanya 4 jam mulai pukul 20.00 WIB,” ujarnya.
Tren Konsumen Biliar Menurun
Feri menjelaskan, secara user atau konsumen rata-rata ada 350 orang sampai Rp400 orang per hari. Namun, angka tersebut masih minim secara omset. Karena jam efektif hanya 4 jam sama rata-rata per hari.
“Apalagi di Kota Cilegon benar-benar tidak ada orang kalau siang itu, hanya pelajar saja di Senin dan Kamis. Pelajar bukan tidak mampu karena Harga, tapi karena tidak ada Waktu pulang pukul 15.00 WIB dari sekolah. Untuk konsumen umum malah tidak bisa diprediksi lagi,” ujarnya.
Sejak buka pada Mei lalu, jelas Feri, rata-rata konsumen mengalami penurunan hingga September sekarang.
“Awal kita buka bulan Mei, Juni jelek, Juli bagus, Agustus lumayan turun dan September lebih turun dari bulan kemarin,” paparnya. ***
















