BANTENRAYA.COM – Keluarga merupakan ujung tombak pendidikan bagi anak-anak kita, termasuk pendidikan antikorupsi.
Korupsi merupakan kejahatan luar biasa sehingga menanamkan nilai-nilai antikorupsi di lingkungan keluarga wajib hukumnya.
Sely Martini, pegiat antikorupsi menyebut bahwa di Indonesia banyak terjadi kaderisasi koruptor. Oleh sebab itu, korupsi masih dan akan terus berlanjut di Indonesia.
“Korupsi menjadi penyakit menahun bagi bangsa Indonesia. Hampir setiap pekan, publik akan disuguhkan berita tentang korupsi,” kata Sely Martini dikutip dari akun Instagram #visiintegritas pada Rabu, 29 Juli 2022.
Baca Juga: Kapan Jadwal Sidang Isbat Penetapan Idul Adha 2022? Berikut Penjelasan Resmi dari Kemenag
Sely Martini menjelaskan, pearturan di kita (Indonesia-red) cenderung hanya sebatas formalitas dan ceklis semata.
“Sekarang sudah transparan, iya. Tapi tidak berarti akuntabel ketika tidak ada yang memonitor tidak ada yang mengecek,” katanya.
Menurut Sely Martini, normaliasi korupsi itu yang seharusnya tidak ada. “Semakin ke sini ketika saya punya anak punya keluarga, normalisasi-normaliasi korupsi ini yang sebenarnya menjadi pase yang lebih besar. Anak-anak kita tidak boleh melihat bahwa praktik korupsi itu adalah hal yang biasa. Mereka harus tahu antre yang benar, belajar jujur mengerjakan tugas dan praktik orang tua memilih sekolah yang sepertinya normal padahal itu gak normal,” bebernya.
Sekadar informasi, Sely Martini adalah aktivis Perempuan Penggiat Anti Korupsi dan sangat menginspirasi di bidang gerakan pemberantasan korupsi.
Baca Juga: Jokowi Memulai Misi Perdamaian Ukraina dan Rusia: Semoga Dimudahkan!
Sely menerima penghargaan Best Activist in a Leading Role dalam acara Honesty Oscars 2014 pada 2 Maret 2014 dengan perolehan suara 54 persen dari 6.700 suara yang terkumpul. Sely mengalahkan empat aktivis anti korupsi lainnya, yakni John Gitongo (Kenya), Aruna Roy (India), Gregory Ngbwa Mintsa (Gabon) dan Xu Zhiyong (China). ***