BANTENRAYA.COM – Astra Tol Tangerang Merak (Tamer), mencatat tingkat kecelakaan di ruas jalan tol mencapai 373 kasus sepanjang tahun 2025.
Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 4 persen, dibandingkan tahun 2024 yang tercatat sebanyak 397 kasus kecelakaan.
Direktur Operasional Astra Tol Tamer Rinaldi mengatakan, meski tercatat mengalami penurunan, namun pihaknya berkomitmen untuk terus melakukan berbagai upaya salah satunya adalah edukasi terhadap lintas lembaga.
“Angka kecelakaan turun tapi kita perlu melakukan edukasi, dan ini salah satu bentuk kepedulian kita terhadap pengendara,” kata Rinaldi kepada awak media, Sabtu 6 Desember 2025.
Rinaldi melanjutkan, faktor utama kecelakaan mayoritas disebabkan oleh kelalaian pengemudi, yang mengantuk atau perhatian tidak fokus sehingga konsentrasi terganggu.
BACA JUGA: Gara-gara Jari Tertusuk Jarum Pentol saat Cuci Pakaian, Warga Panimbang Jaya Kritis di RSUD
“Paling banyak human error karena mengantuk teralihkan perhatiannya,” imbuhnya.
Masih kata Rinaldi, keselamatan berkendara bukan hanya sekedar aturan, melainkan ekosistem yang harus dibangun bersama agar kenyamanan dalam perjalanan bisa dirasakan.
“Keselamatan bukan hanya soal rambu dan kecepatan. Ini tentang kebiasaan, kesadaran, serta kepedulian kita satu sama lain. Oleh sebab itu kita lakukan tiga E, yakni engineering meliputi rambu keselamatan jalan, edukasi seperti yang kita lakukan hari ini dna enforcement itu berada di ranah kepolisian,” jelasnya.
Melalui kampanye Road Safety Campaign and Fun Rally, menjadi momen penting selama periode Natal dan Tahun Baru untuk memberikan pemahaman kepada pengemudi, di mana volume kendaraan meningkat dan risiko berkendara turut bertambah.
“Karena itu, peningkatan kesadaran berkendara menjadi faktor kunci untuk menjaga keselamatan dan keberlanjutan sektor pariwisata,” cakapnya.
BACA JUGA: Kesbangpol Banten Dampingi Sekda Temui Massa Aksi di Tol Cilegon Timur hingga Redam Situasi
Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, menyoroti soal keselamatan berkendara berawal dari pola pikir pengemudi, dan menilai jika kemampuan teknis tidak akan berarti tanpa pengendalian diri.
Ia menegaskan, kecelakaan umumnya terjadi bukan karena kecepatan, tetapi karena kurangnya antisipasi terhadap risiko.
“Keselamatan selalu berawal dari diri sendiri. Ketika kita membangun kebiasaan mengemudi yang benar, kita bukan hanya melindungi diri, tetapi juga menjaga orang-orang di sekitar kita,” kata Sony.***


















