BANTENRAYA.COM – Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Lebak bakal mendampingi siswa kelas 2 SD Negeri 2 Selaraja yang alami trauma untuk konsultasi psikologi klinis.
Hal itu disampaikan setelah UPTD PPA Kabupaten Lebak mengunjungi kediaman sang siswa setelah mendapat laporan siswa tersebut mengalami trauma dan ketakutan hingga enggan bersekolah.
“Kami meminta izin ke orang tua agar siswa itu mendapat konsultasi psikologi klinis untuk mendukung proses pemulihan psikisnya,” kata Kepala UPTD PPA Kabupaten Lebak, Fuji Astuti, Rabu, 17 September 2025.
Fuji berharap, setelah siswa menjalani konsultasi psikologi klinis itu, kesehatan mental sang anak akan kembali normal.
Adapun konsultasi psikologi klinis itu memang menjadi salah satu layanan UPTD PPA yang diberikan jika ada pelapor, termasuk petugasnya.
BACA JUGA: Penuh Haru! Ratusan Siswa Sambut Kepsek dan Satpam SMPN 1 Prabumulih yang Batal Dicopot
“Akan ada beberapa tahapan dari konsultasi ini. Mungkin pertama petugas akan memberikan kuesioner kepada anak dan orang tua sebagai bagian dari asesmen,” paparnya.
“Kuesioner tersebut akan menggali pengalaman anak di sekolah dan kondisi emosionalnya secara menyeluruh. Hasil asesmen ini akan menjadi dasar penanganan lebih lanjut,” sambungnya.
Tak hanya fokus pada pemulihan anak, Fuji menyampaikan bahwa DP3AP2KB Kabupaten Lebak juga akan turun tangan langsung melakukan sosialisasi dan edukasi ke pihak sekolah.
Hal ini ini bertujuan memberikan pemahaman kepada guru, siswa, dan orang tua tentang pentingnya komunikasi yang baik dan perlindungan terhadap anak.
“Pencegahan harus dilakukan. Kami akan melibatkan dinas KB dan Perlindungan Anak untuk sosialisasi di sekolah agar kejadian serupa tidak terulang,” imbuhnya.
Sebelumnya diketahui bahwa siswa kelas 2 SD Negeri 2 Selaraja dituduh melakukan pemalakan dan pembulian oleh kepala sekolah.
Tuduhan itu mengakibatkan anak tersebut trauma karena dipaksa untuk mengaku hingga menolak berangkat sekolah meski saat ini tengah berlangsung Ujian Tengah Semester atau UTS
Orang tua siswa itu menyebut bahwa saat ini kondisi anaknya belum juga membaik. Sang anak beberapa hari ke belakang memilih berdiam di kamar. ***















