BANTENRAYA.COM – Badan Pangan Nasional atau Bananas buka suara soal pernyataan Bank Dunia yang menyebut harga beras di Indonesia menjadi yang termahal di tingkat Asia Tenggara atau ASEAN.
Padahal, beras adalah makanan pokok bagi masyarakat di Indonesia.
Beras dihasilkan dari Padi yang dikelola oleh para petani di Indonesia yang tersebar di berbagai daerah.
Beras yang dikelola oleh petani tersebut kemudian diperjualbelikan di pasar atau tempat-tempat yang menjual beras di sejumlah daerah di Indonesia.
Baca Juga: Nanang Tunjuk Imam Rana Hardiana Jadi Plh Sekda Kota Serang
Maka dari itu, beras menjadi hal yang penting bagi masyarakat Indonesia, karena beras adalah cikal bakal nasi yang merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Indonesia.
Informasi mengenai harga beras RI termahal di ASEAN ini diunggah oleh akun Instagram @mardiguwp.
Dalam unggahan tersebut, menampilkan informasi mengenai harga beras yang kini menjadi tertinggi di ASEAN.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rachmi Widiriani mengatakan, harga beras dalam negeri mahal karena biaya produksi yang besar.
Baca Juga: Ini Mekanisme Pengundian Nomor Urut Paslon Pilgub Banten 2024
Karena itu, petani menaikkan harga agar tetap mendapatkan keuntungan.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kebijakan yang ditekan oleh pemerintah.
Salah satunya terkait dengan pembatasan impor non-tarif antar negara.
Walaupun hal tersebut terjadi dengan maksud melindungi sektor pertanian.
Kebijakan pembatasan impor non-tarif tersebut justru dipandang menjadi biang kerok melejitnya harga beras dalam negeri.
Walaupun harga beras lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN.
Bank Dunia juga menyebutkan bahwa petani yang menanam padi memiliki pendapatan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan petani yang menanam tanaman dengan jenis holtikultura.
Harga beras yang melonjak tinggi di ASEAN disebabkan karena mahalnya harga pupuk untuk tanaman padi.
Selain harga pupuk yang naik, biaya produksi tersebut juga disebabkan mahalnya biaya sewa lahan dan tenaga kerja di bidang pertanian padi.
Sebagai informasi, mayoritas pengusahaan lahan sawah petani hanya 0,3 hektar.
Sementara itu produktivitas padi lebih dari satu dekade stagnan berada di 5,17 kilogram.***
















