BANTENRAYA.COM – Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Kota Serang kelimpungan mengurusi titik-titik sampah liar di Kota Serang.
Kesadaran masyarakat yang disoroti DLH Kota Serang menjadi salah satu penyebab utama merebaknya titik-titik sampah liar di Kota Serang.
Padahal, DLH Kota Serang sudah gencar melakukan imbauan, membentuk satuan tugas atau satgas monitoring sampah liar, dan memasang CCTV.
Kabid PSB3 Ilham mengatakan, pihaknya kelimpungan menangani persoalan titik sampah liar di Kota Serang.
“Bosen itu lagi, itu lagi. Berapa kali puluhan udah diangkut. Ada lagi ada lagi. Susah,” ujar Ilham, kepada Banten Raya.
Ia mengaku pihaknya juga sudah melakukan imbauan baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk memberikan pembinaan kepada para lurah, namun tidak ada efek jera.
Baca Juga: Bahaya Judol dan Narkoba Makin Menjadi, Kelompok 27 KKM UPG Lakukan Upaya Pencegahan
“Sudah dibikin spanduk segala. Udah pembinaan, dikasih spanduk. Yang buang sampah di motor. Yang bawa motor bruk ngebuang sampah. Udah ke lurahnya,” ucap dia.
“Susah. Nggak ada efek jeranya. Kita tegur sama Satgas, malah masyarakat yang ngebuangnya lebih galak dari kita,” ungkapnya.
Ilham menuturkan, pihaknya juga sudah memasang CCTV di beberapa titik sampah liar.
Pemasangan CCTV itu dilakukan untuk memonitor pelaku pembuang sampah secara sembarangan.
Baca Juga: Air Danau Biru Cibanten Dipenuhi Lumut, Pengunjung Enggan Berkunjung
Saat tertangkap basah masyarakat pelaku pembuang sampah sembarangan tidak terima ketika ditegur secara lisan.
“Sudah ada cctv pernah kita pasang. Kita tegur sama satgas lebih marah masyarakat. Susah. Mau bagaimana kalau masyarakat nggak peduli. Bukan Kota Serang aja masalah sampah, tapi masalah seluruh di daerah di Indonesia,” tutur Ilham.
Kendati demikian, ia mengaku pihaknya pernah berencana mendatangkan mesin pencacah sampah di tingkat hulu atau kelurahan.
Baca Juga: Jangan Coba-coba, Caleg DPRD Banten Bisa Tak Dilantik dan Bisa-bisa Berurusan dengan KPK
Hanya saja harus didukung oleh alokasi anggaran untuk membeli mesin pencacah sampah. Selain itu, kelurahan juga harus menyediakan tempat penampungannya, karena khawatir ditolak warga sekitarnya.
“Kalau saya membuat itu sampah dari hulu. Skala kelurahan skala kecamatan. Cuma kan tempat penampungannya masyarakat tau setuju tau nggak. Karena bau. Maksudnya diolah di situ,” akunya.
Ilham menjelaskan, upaya itu dilakukan untuk mengurangi sampah yang dibuang ke TPAS Cilowong, Kelurahan Cilowong, Kecamatan Taktakan.
Baca Juga: Nonton Dia Angkasa Episode 4 Full Movie Bukan Bilibili dan LK21: Aurora Kecewa dengan Angkasa?
“Ya diolah di situ. Ada pengolahan. Dicacah, apa jadi magot, apa jadi RBS. Cuma memang harus anggarannya lumayan,” katanya.
“Ada mesin pencacah. Maksudnya kapasitas sampah ke Cilowong ya udah berkurang. Karena sudah dikelola di hulu,” terang Ilham.
Ia menyebutkan, hingga kini jumlah titik sampah liar di Kota Serang sudah kurang dari 100 titik.
“Banyak (sampah liar). Makin nambah. Kira-kira ada sekitar 70 sampai 100 kurang lebih,” sebutnya.
Baca Juga: Ketok Palu! 7 Terdakwa Penagih Bank Keliling Pengeroyok Ustadz di Baros Divonis Ringan
Menurut Ilham, penanganan sampah harus dimulai sejak dini yaitu dari lingkungan terkecil rumah.
“Masalah sampah itu harusnya didiknya sejak awal sejak dini. Dari rumah. Susah sih. Semuanya jajahan kolonial Belanda begini semua. Diajarin sama Belanda begini,” keluh Ilham.
Ia menjelaskan, penanganan sampah bukan hanya tanggungjawab DLH Kota Serang saja. Pihaknya mengajak kepada seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah dari rumah.
“Kesadaran masyarakatnya harus tinggi. Susah. Bukan tanggung jawab LH doang. Semua. Pemerintah, masyarakat, RT RW, semua lapisan masyarakat,” ungkapnya.
“Sampah ini semua orang menghasilkan sampah. Anak kecil menghasilkan sampah, apalagi orang dewasa. Harus benar-benar. Harus dari pusatnya,” beber dia. ***